Articles

Thursday, August 31, 2017

Sahabat blog edu kami sampaikan salam sejahtera buat kita semua semoga diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan telaten menjadi guru yang profesional demi mencerdaskan anak bangsa.
Silahkan Download Free Buku BSE Peminatan SMK/MAK Kelas X Kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 mengacu pada paradigma belajar kurikulum abad 21 menyebabkan terjadinya perubahan.

Buku BSE Peminatan SMK/MAK Kelas X Kurikulum 2013 ini disusun berdasarkan tuntutan paradigma pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan berdasarkan pendekatan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum abad 21, yaitu pendekatan model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains.

INI DIA BUKU BSE PEMINATAN SMK/MAK KELAS X KURIKULUM 2013
Buku ini kami bagikan bagi yang butuhkan dengan tanpa ada finansial alias free. Karena itu yang kami rasakan sangatlah membantu bagi PBM.

Untuk melihat buku terbaru dan lengkap, silahkan kunjungi link berikut ini.

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat.

Download Free Buku BSE Peminatan SMK/MAK Kelas X Kurikulum 2013

Posted at  11:46 PM  |  in  Download Free  |  Read More»

Sahabat blog edu kami sampaikan salam sejahtera buat kita semua semoga diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan telaten menjadi guru yang profesional demi mencerdaskan anak bangsa.
Silahkan Download Free Buku BSE Peminatan SMK/MAK Kelas X Kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 mengacu pada paradigma belajar kurikulum abad 21 menyebabkan terjadinya perubahan.

Buku BSE Peminatan SMK/MAK Kelas X Kurikulum 2013 ini disusun berdasarkan tuntutan paradigma pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan berdasarkan pendekatan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum abad 21, yaitu pendekatan model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains.

INI DIA BUKU BSE PEMINATAN SMK/MAK KELAS X KURIKULUM 2013
Buku ini kami bagikan bagi yang butuhkan dengan tanpa ada finansial alias free. Karena itu yang kami rasakan sangatlah membantu bagi PBM.

Untuk melihat buku terbaru dan lengkap, silahkan kunjungi link berikut ini.

Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat.

0 comments:


Sahabat blog Edu kami samoaikan slam sejahtera bagi kita semua, semoga berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin Kali ini akan berbagi buku-buku SMA kurikulum 2013.
Download Free Buku Pegangan Guru Dan Siswa Kelas XII Kurikulum 2013 Edisi 2015 Terbaru yang dikeluarkan oleh Kemendikbud untuk Sekolah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK.

Buku BSE Kelas XII terbaru Edisi 2015 bisa langsung diunduh pada tautan file di bawah ini. Caranya cukup mudah, Anda hanya perlu klik tautan nama file mata pelajaran yang anda butuhkan. Untuk beberapa mata pelajaran kelas XII yang belum tersedia akan segera di diupdate linknya sesegera mungkin.

INI DIA BUKU BSE KELAS XII KURIKULUM 2013 EDISI 2015

Mata Pelajaran Wajib Kelas XII









Pendidikan Agama Kelas XII








Yang membutuhkan Silabus dan RPP SMA silahkan ada di bawah ini.

Demikianlah yang dapat kami posting kali ini. Semoga bermanfaat.

Download Free Buku Pegangan Guru Dan Siswa Kelas XII Kurikulum 2013 Edisi 2015 Terbaru yang dikeluarkan oleh Kemendikbud untuk Sekolah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK.

Posted at  11:27 PM  |  in  Download Free  |  Read More»


Sahabat blog Edu kami samoaikan slam sejahtera bagi kita semua, semoga berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin Kali ini akan berbagi buku-buku SMA kurikulum 2013.
Download Free Buku Pegangan Guru Dan Siswa Kelas XII Kurikulum 2013 Edisi 2015 Terbaru yang dikeluarkan oleh Kemendikbud untuk Sekolah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK.

Buku BSE Kelas XII terbaru Edisi 2015 bisa langsung diunduh pada tautan file di bawah ini. Caranya cukup mudah, Anda hanya perlu klik tautan nama file mata pelajaran yang anda butuhkan. Untuk beberapa mata pelajaran kelas XII yang belum tersedia akan segera di diupdate linknya sesegera mungkin.

INI DIA BUKU BSE KELAS XII KURIKULUM 2013 EDISI 2015

Mata Pelajaran Wajib Kelas XII









Pendidikan Agama Kelas XII








Yang membutuhkan Silabus dan RPP SMA silahkan ada di bawah ini.

Demikianlah yang dapat kami posting kali ini. Semoga bermanfaat.

0 comments:

Wednesday, August 30, 2017

Inilah kabarku .....
Perihal : Jadwal Pretest PKB Tahun 2017 Kab. Garut

Assalamualaikum.wr.wb
Kami informasikan kepada seluruh peserta guru, kepala sekolah, pengawas sekolah (daftar terlampir) agar dapat hadir pada kegiatan pretest PKB Tahun 2017 sesuai dengan jadwalnya masing masing (terlampir).
Adapun persyaratan yang harus di bawa ke lokasi kegiatan:
1. Surat Tugas dari Kepala Sekolah
2. Surat Pengantar kegiatan Pretest dari SIMPKB
3. Identitas diri (KTP/SIM)

Keterangan:
1. Diharapkan 30 menit sebelum pelaksanaan sudah ada di tempat pretest
2. Informasi lengkap tentang kisi-kisi dan jadwal pretest tertera di akun simpkb masing masing
3. Bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah yang mempunyai jadwal pretest 2 kali (wajib di ikuti semuanya, baik sebagai guru atau kepsek/pengawas)

Terima Kasih

Dinas Pendidikan Kab. Garut

Daftar calon nomor peserta yang belum UKG tahun 2015, Lihat di bawah ini.

Unduh filenya disini
 
Inilah riview jadwal dan nama peserta pretest PKB 2017


Unduh filenya disini
Lihat juga yang penting lainnya di bawah ini.
Demikianlah informasi Perihal : Calon, Jadwal dan Nama Peserta Pretest PKB Tahun 2017 yang dapat di share. Ini hanyalah sekerdar berbagi saja. Terima kasih atas kunjungannya. 

Perihal : Calon, Jadwal dan Nama Peserta Pretest PKB Tahun 2017

Posted at  8:52 AM  |  in  Kabarku  |  Read More»

Inilah kabarku .....
Perihal : Jadwal Pretest PKB Tahun 2017 Kab. Garut

Assalamualaikum.wr.wb
Kami informasikan kepada seluruh peserta guru, kepala sekolah, pengawas sekolah (daftar terlampir) agar dapat hadir pada kegiatan pretest PKB Tahun 2017 sesuai dengan jadwalnya masing masing (terlampir).
Adapun persyaratan yang harus di bawa ke lokasi kegiatan:
1. Surat Tugas dari Kepala Sekolah
2. Surat Pengantar kegiatan Pretest dari SIMPKB
3. Identitas diri (KTP/SIM)

Keterangan:
1. Diharapkan 30 menit sebelum pelaksanaan sudah ada di tempat pretest
2. Informasi lengkap tentang kisi-kisi dan jadwal pretest tertera di akun simpkb masing masing
3. Bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah yang mempunyai jadwal pretest 2 kali (wajib di ikuti semuanya, baik sebagai guru atau kepsek/pengawas)

Terima Kasih

Dinas Pendidikan Kab. Garut

Daftar calon nomor peserta yang belum UKG tahun 2015, Lihat di bawah ini.

Unduh filenya disini
 
Inilah riview jadwal dan nama peserta pretest PKB 2017


Unduh filenya disini
Lihat juga yang penting lainnya di bawah ini.
Demikianlah informasi Perihal : Calon, Jadwal dan Nama Peserta Pretest PKB Tahun 2017 yang dapat di share. Ini hanyalah sekerdar berbagi saja. Terima kasih atas kunjungannya. 

0 comments:

Monday, August 28, 2017

Selamat malam sahabat blog edu semuanya, semoga dalam keeadaan sehat baik lahir maupun batin dan tidak kurang suatu apapun. 
Pada kesempatan kali ini kami akan berbagi tentang Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE)-2
Yth.

1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
2. Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota
3. Kepala Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013

di Seluruh Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dalam rangka memberikan arahan dan pedoman bagi sekolah pelaksana Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam hal pengadaan buku teks pelajaran Kurikulum 2013, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor : 13/D/KR/2017, Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Dalam surat edaran dissampaikan bahwa menyusuli surat edaran kami  nomor 10/D/KR/2017, tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan memperhatikan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 173 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kurikulum 2013, dengan hormat kami mohon bantuan Saudara atas hal-hal sebagai berikut:

1. Kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota agar memastikan satuan pendidikan di wilayahnya untuk membeli buku teks pelajaran K13. Panduan pembelian buku dapat dilihat pada laman http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/bse/.
2. Buku teks pelajaran K13 yang dapat dibeli melalui dana BOS adalah buku yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud sebagaimana tercantum dalam Kepmendikbud No 173 Tahun 2017.
3. Pembelian buku oleh sekolah agar dilakukan melalui online yang disiapkan oleh masing-masing penyedia atau melalui offline jika pembelian secara online tidak memungkinkan. Daftar penyedia dapat dilihat melalui laman http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/bse/.
4. Kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota sesuai kewenangannya menginstruksikan kepada satuan pendidikan di wilayahnya agar segera melaporkan pembelian buku setelah buku diterima (tidak menunggu laporan akhir triwulan) melalui laman laporan BOS online http://bos.kemdikbud.go.id/

Surat edaran ini disampaikan untuk ditindaklanjuti dan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Demikian informasi yang kami sampaikan dan atas perhatian serta kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam Satu Data,

Admin Dapodikdasmen
Inilah surat di maksud.

Link Unduhan : 
  • Surat Edaran Nomor : 13/D/KR/2017 Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE) >>> Unduh di sini
Silahkan baca juga file-file penting yang ada hubungannya dengan dapodikdasmen di bawah ini.
Demikianlah kabarku yang dapat disampaikan, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk berkunjung ke situs blog edu ini. Semoga sukses selalu.

Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE)-2

Posted at  5:13 AM  |  in  Kabarku  |  Read More»

Selamat malam sahabat blog edu semuanya, semoga dalam keeadaan sehat baik lahir maupun batin dan tidak kurang suatu apapun. 
Pada kesempatan kali ini kami akan berbagi tentang Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE)-2
Yth.

1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
2. Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota
3. Kepala Sekolah Pelaksana Kurikulum 2013

di Seluruh Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dalam rangka memberikan arahan dan pedoman bagi sekolah pelaksana Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018 dalam hal pengadaan buku teks pelajaran Kurikulum 2013, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor : 13/D/KR/2017, Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Dalam surat edaran dissampaikan bahwa menyusuli surat edaran kami  nomor 10/D/KR/2017, tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan memperhatikan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 173 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kurikulum 2013, dengan hormat kami mohon bantuan Saudara atas hal-hal sebagai berikut:

1. Kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota agar memastikan satuan pendidikan di wilayahnya untuk membeli buku teks pelajaran K13. Panduan pembelian buku dapat dilihat pada laman http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/bse/.
2. Buku teks pelajaran K13 yang dapat dibeli melalui dana BOS adalah buku yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud sebagaimana tercantum dalam Kepmendikbud No 173 Tahun 2017.
3. Pembelian buku oleh sekolah agar dilakukan melalui online yang disiapkan oleh masing-masing penyedia atau melalui offline jika pembelian secara online tidak memungkinkan. Daftar penyedia dapat dilihat melalui laman http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/bse/.
4. Kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota sesuai kewenangannya menginstruksikan kepada satuan pendidikan di wilayahnya agar segera melaporkan pembelian buku setelah buku diterima (tidak menunggu laporan akhir triwulan) melalui laman laporan BOS online http://bos.kemdikbud.go.id/

Surat edaran ini disampaikan untuk ditindaklanjuti dan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Demikian informasi yang kami sampaikan dan atas perhatian serta kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam Satu Data,

Admin Dapodikdasmen
Inilah surat di maksud.

Link Unduhan : 
  • Surat Edaran Nomor : 13/D/KR/2017 Tentang Buku Teks Pelajaran Kurikulum 2013 Melalui Buku Sekolah Elektronik (BSE) >>> Unduh di sini
Silahkan baca juga file-file penting yang ada hubungannya dengan dapodikdasmen di bawah ini.
Demikianlah kabarku yang dapat disampaikan, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk berkunjung ke situs blog edu ini. Semoga sukses selalu.

0 comments:

Sunday, August 27, 2017

Download Free Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah Dalam Format Lengkap Kurikulum 2013 ini berkaitan dengan Administrasi, aplikasi administrasi kepala sekolah dasar, download administrasi kepala sekolah sd/mi, free download administrasi kepala sekolah sd, macam macam administrasi kepala sekolah merupakan file berkas untuk Kepala Sekolah Guru OPS Tata Usaha dan staf pendidik lainnya. File-file pendidikan yang berada disini bertujuan untuk menambah wawasan, mempermudah dan menunjang dalam membuat laporan kerja sekolah.

Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah

File Review :
Download File :
File Contoh Format dan Aplikasi administrasi guru kelas 1 2 3 4 5 6 Sekolah Dasar dan Administrasi Guru SMP, MTS, SMA Kurikulum 2013, KTSP 2006 dan Kurikulum Nasional.
Mohon di mengerti karena akan muncul halaman iklan, iklan tersebut sebagai sumber penghasilan kami satu-satunya. Anda hanya perlu sedikit ketelitan dan kesabaran untuk mencari link yang menuju Google Drive tempat penyimpanan file yang aman dan file yang berada disini terpercaya dan sesuai dengan kebutuhan anda.
Sampai di sini pembahasan mengenai Download Free Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah Dalam Format Lengkap Kurikulum 2013 semoga Bapak/Ibu bisa mendapatkan file tersbut dengan berbagai bentuk format word, excel, PDF, dan Power Point yang sudah tidak asing lagi dari manapun juga. Terima Kasih atas kunjunganya semoga saja bermanfaat. 

Download Free Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah Dalam Format Lengkap Kurikulum 2013

Posted at  12:15 AM  |  in  Aplikasi  |  Read More»

Download Free Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah Dalam Format Lengkap Kurikulum 2013 ini berkaitan dengan Administrasi, aplikasi administrasi kepala sekolah dasar, download administrasi kepala sekolah sd/mi, free download administrasi kepala sekolah sd, macam macam administrasi kepala sekolah merupakan file berkas untuk Kepala Sekolah Guru OPS Tata Usaha dan staf pendidik lainnya. File-file pendidikan yang berada disini bertujuan untuk menambah wawasan, mempermudah dan menunjang dalam membuat laporan kerja sekolah.

Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah

File Review :
Download File :
File Contoh Format dan Aplikasi administrasi guru kelas 1 2 3 4 5 6 Sekolah Dasar dan Administrasi Guru SMP, MTS, SMA Kurikulum 2013, KTSP 2006 dan Kurikulum Nasional.
Mohon di mengerti karena akan muncul halaman iklan, iklan tersebut sebagai sumber penghasilan kami satu-satunya. Anda hanya perlu sedikit ketelitan dan kesabaran untuk mencari link yang menuju Google Drive tempat penyimpanan file yang aman dan file yang berada disini terpercaya dan sesuai dengan kebutuhan anda.
Sampai di sini pembahasan mengenai Download Free Aplikasi Administrasi Kepala Sekolah Dalam Format Lengkap Kurikulum 2013 semoga Bapak/Ibu bisa mendapatkan file tersbut dengan berbagai bentuk format word, excel, PDF, dan Power Point yang sudah tidak asing lagi dari manapun juga. Terima Kasih atas kunjunganya semoga saja bermanfaat. 

0 comments:

Saturday, August 26, 2017

Selamat siang teman blog edu semuanya, semoga ada dalam sehat walafiat baik lahir maupun bathin. Kali ini akan berbagi tentang Pembahasan Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisiasi Guru.
Mungkin teman-teman serin mendengar, bahkan kita sendiri banyak atau sering mengatakan istilah, dengan menggunakan kata-kata profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisiasi. Marilah kita bahas dari istilah-istilah tersebut.

Profesi
 
 Gambar Profesi guru
Menurut Satori (2003): “profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Batasan tersebut mengandung arti bahwa jabatan atau pekerjaan yang disebut profesi itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian, orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk memangku jabatan itu.

Bersumber dari istilah profesi muncullah istilah-istilah lain seperti profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Dalam buku Kapita Selekta Kependidikan SD, Surya dkk. (2000) memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah tersebut sebagai berkut:

Profesional



Gambar guru profesional
Istilah profesional mempunyai dua makna, yakni: (1)mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi; (2) Mengacu kepada sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.
 
Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan, baik formal mau pun informal. Pengakuan formal diberikan oleh badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaiu pemerintah atau organisasi profesi. Sedangkan pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat dan para pengguna jasa suatu profesi.
 
Terkait defenisi tersebut, sebutan guru profesional adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatannya mau pun dengan latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat dan sebagainya. Dengan demikian, guru SD yang telah memiliki Diploma 2 dapat dikatakan “guru profesional” karena telah memiliki pengakuan formal, dalam hal ini berupa “Diploma II” dan “Akta II”. Sebutan “guru profesional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap penampilan seseorang guru dalam unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.

Profesionalisme 



Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada dasarnya profesiaonalisme itu merupakan motivasi intrinsic pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kea rah perwujudan profesional. Guru yang memiliki profesiaonalisme tinggi akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Keinginan untuk senantiasa menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. Ia akan mengidentifikasikan dirinya kepada figure yang dipandang memiliki standar ideal. Yang dimaksud standar ideal adalah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
2.    Meningkatkan dan memelihara citra profesi. Ia berkeinginan untuk senantiasa meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Citra profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru berdasarkan pemikiran terhadap kinerjanya. Perwujudan dilakukan melalui berbagai macam cara, misalnya: penampilan, cara bicara, sikap hidup sehari-hari dan sebagainya.
3.    Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional. Untuk kategori ini, ia akan memanfaatkan berbagai kesempatan untuk: (a) Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, seperti lokakarya, seminar, symposium dan sebagainya; (2) Mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan dan (3) Melakukan penelitian, membuat karya ilmiah dan sebagainya.
4.    Mengejar kualitas dan cita-cita profesi. Ia akan berusaha untuk senantiasa mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah ditetapkan. I akan selalu aktif agar seluruh kegiatan dan perilakunya menghasilkan kualitas yang ideal.
5.    Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan merasa bangga terhadap profesi yang dipegangnya. Ia menunjukkan rasa percaya diri akan profesinya. 

Profesionalitas 

  Profesionalitas Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

Profesionalisiasi

Profesionalisasi adalah suatu “proses” menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu criteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada dasarnya profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis dan berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan baik pendidikan prajabatan mau pun pendidikan dalam jabatan. Program ini dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan badan atau organisasi lain yang terkait. Beberapa program profesionalisasi guru yang telah dan sedang berjalan antara lain: (1) program pendidikan guru di LPTK untuk mendidik calon guru yang profesional, (2) program penyetaraan untuk membantu guru mencapai derajat kualifikasi profesional sesuai dengan standar yang berlaku, dan (3) penataran dan pelatihan untuk meningkatkan kualifikasi kemampuan guru.
Profesionalisasi Guru
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dana kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud pada meliputi meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
Profesionalisasi seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni:  faktor internal dari guru itu sendiri, kondisi lingkungan tempat kerja, dan kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar menjadi guru profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut adalah penjelasan masing-masing faktor.

1.    Faktor internal guru
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang profesional memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang mempercepat proses terwujudnya guru-guru yang profesional. Upaya yang dilakukan dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap guru agar mereka secara sukarela meningkatkan profesionalisasinya sehingga menjadi guru profesional.

2.     Kondisi lingkungan tempat kerja
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesionalisasi guru profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusif–apalagi tidak memberikan penghargaan kepada guru profesional–maka upaya profesionalisasi tadi juga akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi profesional.

3.    Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama terkait dengan award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional (yang telah menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan, maka profesionalisasi guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran.


Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

Mari kita tonton tayangan tentang Profesionalisasi Pendidikan di bawah ini.
 Unduh Videonya di bawah ini .
Silahkan unduh seluruh artikelnya tentang Inilah Tentang "Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisiasi Guru" >>> di sini

Semoga postingan ini bermanfaat. Amin

Pembahasan Tentang Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisiasi Guru

Posted at  12:15 AM  |  in  Pendidikan  |  Read More»

Selamat siang teman blog edu semuanya, semoga ada dalam sehat walafiat baik lahir maupun bathin. Kali ini akan berbagi tentang Pembahasan Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisiasi Guru.
Mungkin teman-teman serin mendengar, bahkan kita sendiri banyak atau sering mengatakan istilah, dengan menggunakan kata-kata profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisiasi. Marilah kita bahas dari istilah-istilah tersebut.

Profesi
 
 Gambar Profesi guru
Menurut Satori (2003): “profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Batasan tersebut mengandung arti bahwa jabatan atau pekerjaan yang disebut profesi itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian, orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk memangku jabatan itu.

Bersumber dari istilah profesi muncullah istilah-istilah lain seperti profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Dalam buku Kapita Selekta Kependidikan SD, Surya dkk. (2000) memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah tersebut sebagai berkut:

Profesional



Gambar guru profesional
Istilah profesional mempunyai dua makna, yakni: (1)mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi; (2) Mengacu kepada sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.
 
Penyandangan dan penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan, baik formal mau pun informal. Pengakuan formal diberikan oleh badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaiu pemerintah atau organisasi profesi. Sedangkan pengakuan secara informal diberikan oleh masyarakat dan para pengguna jasa suatu profesi.
 
Terkait defenisi tersebut, sebutan guru profesional adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatannya mau pun dengan latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat dan sebagainya. Dengan demikian, guru SD yang telah memiliki Diploma 2 dapat dikatakan “guru profesional” karena telah memiliki pengakuan formal, dalam hal ini berupa “Diploma II” dan “Akta II”. Sebutan “guru profesional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap penampilan seseorang guru dalam unjuk kerjanya dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.

Profesionalisme 



Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada dasarnya profesiaonalisme itu merupakan motivasi intrinsic pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kea rah perwujudan profesional. Guru yang memiliki profesiaonalisme tinggi akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Keinginan untuk senantiasa menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. Ia akan mengidentifikasikan dirinya kepada figure yang dipandang memiliki standar ideal. Yang dimaksud standar ideal adalah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
2.    Meningkatkan dan memelihara citra profesi. Ia berkeinginan untuk senantiasa meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Citra profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru berdasarkan pemikiran terhadap kinerjanya. Perwujudan dilakukan melalui berbagai macam cara, misalnya: penampilan, cara bicara, sikap hidup sehari-hari dan sebagainya.
3.    Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional. Untuk kategori ini, ia akan memanfaatkan berbagai kesempatan untuk: (a) Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah, seperti lokakarya, seminar, symposium dan sebagainya; (2) Mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan dan (3) Melakukan penelitian, membuat karya ilmiah dan sebagainya.
4.    Mengejar kualitas dan cita-cita profesi. Ia akan berusaha untuk senantiasa mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah ditetapkan. I akan selalu aktif agar seluruh kegiatan dan perilakunya menghasilkan kualitas yang ideal.
5.    Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan merasa bangga terhadap profesi yang dipegangnya. Ia menunjukkan rasa percaya diri akan profesinya. 

Profesionalitas 

  Profesionalitas Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

Profesionalisiasi

Profesionalisasi adalah suatu “proses” menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu criteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pada dasarnya profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis dan berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan baik pendidikan prajabatan mau pun pendidikan dalam jabatan. Program ini dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan badan atau organisasi lain yang terkait. Beberapa program profesionalisasi guru yang telah dan sedang berjalan antara lain: (1) program pendidikan guru di LPTK untuk mendidik calon guru yang profesional, (2) program penyetaraan untuk membantu guru mencapai derajat kualifikasi profesional sesuai dengan standar yang berlaku, dan (3) penataran dan pelatihan untuk meningkatkan kualifikasi kemampuan guru.
Profesionalisasi Guru
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dana kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud pada meliputi meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
Profesionalisasi seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni:  faktor internal dari guru itu sendiri, kondisi lingkungan tempat kerja, dan kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar menjadi guru profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut adalah penjelasan masing-masing faktor.

1.    Faktor internal guru
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang profesional memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang mempercepat proses terwujudnya guru-guru yang profesional. Upaya yang dilakukan dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap guru agar mereka secara sukarela meningkatkan profesionalisasinya sehingga menjadi guru profesional.

2.     Kondisi lingkungan tempat kerja
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesionalisasi guru profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusif–apalagi tidak memberikan penghargaan kepada guru profesional–maka upaya profesionalisasi tadi juga akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi profesional.

3.    Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama terkait dengan award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional (yang telah menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan, maka profesionalisasi guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran.


Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

Mari kita tonton tayangan tentang Profesionalisasi Pendidikan di bawah ini.
 Unduh Videonya di bawah ini .
Silahkan unduh seluruh artikelnya tentang Inilah Tentang "Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisiasi Guru" >>> di sini

Semoga postingan ini bermanfaat. Amin

0 comments:

Friday, August 25, 2017

Selamat pagi sahabat semuanya,,,Pada postingan kali ini mitazaedu.blogspot.com akan membahas tentang kurikulum pendidikan yang ada di negara Singapura. Kurikulum, banyak orang mengenal kosakata tersebut karena merupakan bagian dasar dari berbagai lembaga pendidikan. Kurikulum atau yang biasanya dikenal sebagai seperangkat mata pelajaran dari lembaga pendidikan yang diberikan kepada setiap pelajar dalam jenjang periode tertentu. Dalam pembahasan lebih lanjut akan dipaparkan mengenai kurikulum di Singapura, seperti apa saja pola penyusunan perangkat mata pelajaran dari lembaga pendidikan di Singapura. Kurun waktu yang ditentukan dalam satu kurikulum disesuaikan dengan visi serta misi yang hendak dicapai suatu oleh lembaga pendidikan. Kurikulum yang diciptakan ini diharapkan dapat mengarahkan pengajaran ke arah yang fokus terhadap tujuan pendidikan secara menyeluruh.
Kurikulum yang disediakan dalam berbagai lembaga pendidikan di Singapura terbagi menjadi beberapa cakupan secara luas, holistik dan bersifat global. Hal ini dapat dilihat dari yang paling sederhana yaitu kebijakan dwibahasa yang diterapkan oleh Singapura. Bahasa Inggris memang dijadikan sebagai bahasa kerja yang umum, namun setiap pelajar juga diwajibkan untuk menguasai bahasa ibu (atau bahasa daerah asal mereka, seperti Malay, Cina, atau Tamil). Kewajiban menguasai bahasa daerah asal mereka bertujuan agar setiap pelajar tidak kehilangan identitas diri mereka dan menjaga warisan budaya leluhur.
Setelah hal yang paling sederhana diterapkan oleh Singapura, selanjutnya beralih kepada tujuan dari kurikulum itu sendiri. Tujuannya adalah untuk menggali potensi yang dimiliki setiap pelajar secara maksimal, mengembangkan bakat dan talenta serta mengangkat semangat mereka dalam mempelajari nilai-nilai kehidupan lainnya. Berbagai pengajaran dan keterampilan diturunkan untuk memberikan pengalaman langsung bagi mereka, mulai dari pelajaran yang berbasis aksara seperti berhitung, ilmu pengetahuan umum, nilai estetika, nilai humaniora, pendidikan moral, hingga pendidikan fisik.
Jika ditelaah lebih lanjut dari beberapa kurikulum yang diterapkan oleh Singapura, maka sebenarnya pengajaran mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang bisa kita temukan di sekolah-sekolah tinggi Indonesia. Namun apa yang menjadikan kurikulum di Singapura ini berbeda dengan kurikulum diIndonesiamungkin terletak pada strategi pengajaran serta pola penilaian yang ditetapkan oleh masing-masing Departemen Pendidikan.
Inilah Rinciannya :
1. SISTEM PENDIDIKAN DI SINGAPURA
Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak berbeda jauh dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga menyelenggarakan ujian nasional atau yang sering disebut UN bagi semua siswa setiap akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Bedanya, jenjang pendidikan di Singapura itu agak belibet.
Anak-anak di Singapura masuk ke dunia pendidikan formal mulai dari tingkat TK(Kindergarter School) lanjut ke SD (primary school) selama 6 tahun. Setelah itu mereka masuk SMP-SMA (secondary school) selama 5 tahun, lalu ke tingkat persiapan menuju kuliah (centralised institute atau junior colleges) 3 tahun, baru masuk universitas (university).
Akan tetapi, lama seseorang menyelesaikan pendidikan di setiap jenjang setelah SD itu berbeda- beda. Karena setiap anak dimasukkan ke kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, ada 3 kelas di jenjang secondary school, antara lain Express, Normal Academic dan Normal Technical.
Kelas Express merupakan tempat UNTUK siswa pintar.Bagi anak-anak kelas Express, mereka bisa menyelesaikan secondary school selama 4 tahun. Ini juga kalau mereka lulus ”O” Level Test Singapura.
Kelas Normal Academic, sebelum mereka masuk ke kelas 5, pada tahun ke-4 harus mengerjakanujian nasional ”N” level tes agar bisa naik kelas. Setelah mereka melewati kelas 5, ada ujian nasional lagi yang namanya ”O” Level Test.
KelasNormal Technical, bisa disamakan dengan SMK. Jadi, setelah mereka lulus secondary school, mereka bisa melanjutkan ke Institute of Technical Education selama dua tahun, atau sekolah lanjutan untuk mereka yang mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Polytechnic (untuk mendapatkan diploma), langsung kerja.
Pelajaran yang mereka dapat juga tidak banyak berbeda di Indonesia, misalnya Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni, juga pelajaran yang namanya Mother Tongue Language atau pelajaran bahasa sesuai bahasa ”ibu” mereka. Misalnya, mereka yang orang Melayu akan mempelajari bahasa Malay, bagi mereka yang Chinese bisa belajar bahasa Mandarin, mereka yang berasal dari India akan mempelajari bahasa Tamil. Hampir semua mata pelajaran itu diujikan dalam ”O” Level Test atau UN versi Singapura.
Ujian Nasional versi Singapura
”O” Level Test, ini nama UN untuk secondary school. ”O” Level Test adalah kependekan dari Ordinary Level Test. Bedanya dengan UN kita, UN mereka tidak menentukan kelulusan seseorang karena, menurut Pemerintah Singapura, setiap orang punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.
Jadi, untuk pelajar yang sudah duduk di kelas 4 Express ataupun yang di kelas 5 Normal Academic sudah harus mengikuti ”O” Level Test untuk lulus dari secondary school. Dalam ”O” Level Test ada tujuh pelajaran yang harus diikuti : lima mata pelajaran pokok dan dua mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran pokok itu adalah English, Mother Tongue, Matematika, IPA (Biologi, Kimia, Fisika), IPS (Sejarah, Sosiologi, Geografi), serta dua mata pelajaran, pilihan dari Food and Nutrition, IT, dan Design and Technology. Semua pelajaran tersebut punya nilai minimum. Sedangkan mereka yang tidak bisa mendapatkan nilai minimum, tetap lulus. Tapi, di ijazah mereka akan ada nilai merah. Kalau mereka tidak mau di ijazahnya ada nilai merah, mereka boleh mengulang satu tahun di kelas yang sama.
Setelah Secondary School Masih ada satu lagi jenjang sebelum mereka masuk ke universitas, yaitu Centralised Institute atau Junior Colleges (tertiary education, persiapan menuju tingkat universitas). Tapi, untuk mereka yang punya nilai bagus (poin 1 sampai 14) bisa langsung ke Junior College yang lamanya dua tahun.
Kalau mereka tidak  mempunyai nilai dari poin yang disebutkan itu, mereka melanjutkan ke Centralised Institute yang waktunya lebih lama, yakni tiga tahun. Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanya ”A” Level Test atau Advanced Level Test. Tes yang diberikan tentu saja lebih susah, karena akan masuk ke Universitas. Tapi, dengan banyaknya tes yang dilewati, tentulah universitas di Singapura bisa mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas. Karena penyaringan mahasiswa secara tidak langsung dilakukan lewat sejumlah tes-tes tersebut. Soal-soal yang ada dalam setiap tes dibuat oleh Universitas Cambridge. Jadi, ijazah yang mereka dapatkan bertaraf internasional yang bisa digunakan untuk melanjutkan kuliah di mana saja, di seluruh dunia
2. STRATEGI PENDIDIKAN DI SINGAPURA
Singapura mengaku tidak memiliki formula spesifik yang dapat menciptakan sebuah kesuksesan bagi sektor pendidikan karena hal tersebut hanya dapat diraih berdasarkan berbagai upaya jangka panjang yang berkelanjutan.
Singapura memiliki tiga fase dalam mengembangkan strategi ipteknya, yaitu:
-  Fase transfer pengetahuan dari luar negeri (1970 hingga 1980-an)
-  Fase pembangunan landasan riset dan pengembangan (1990-an) antara lain dengan mendirikan Dewan Teknologi dan Sains Nasional pada 1991.
- Fase terakhir yang dimulai pada 2000 hingga kini adalah menciptakan pengetahuan baru bagi industri dengan cara memaksimalkan hubungan antara perguruan tinggi, institusi riset, dan industri.
Mantan Menteri Pendidikan mengatakan Singapura  juga memaparkan tentang tiga tahap dari pengembangan sektor pendidikan di negaranya.
- Tahap pertama pada 1959-1978 ditandai dengan menciptakan sistem pendidikan nasional yang seragam dan memprioritaskan pendidikan massal untuk semua warga. Keseragaman pendidikan dibutuhkan karena saat itu di Singapura terdapat empat jenis sekolah umum (sekolah Inggris, China, Melayu, dan Tamil) yang masing-masing menerapkan kurikulum dan etos pendidikan yang berbeda.
- Tahap kedua pada 1979-1966 didorong oleh efisiensi dengan mulai memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda, serta mengembangkan sektor politeknik dan universitas.
- Tahap ketiga pada 1997 hingga sekarang berfokus lebih banyak pada kualitas dibandingkan kuantitas dengan menerapkan kebijakan desentralisasi dan keragaman. Sekolah dapat membuat dan mengembangkan kurikulum sendiri, serta mereka memiliki fleksibilitas lebih dalam membuat kebijakan tentang kriteria penyeleksian siswa
3. SISTEM PENDIDIKAN SINGAPURA MENJADI SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI ASEAN
Kemajuan pendidikan di Singapura didukung oleh banyak faktor. Di antaranya yaitu adanya fasilitas yang memadai. Contohnya, setiap sekolah di Singapura memiliki web sekolah yang berguna untuk menghubungkan siswa, guru, dan orang tua. selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid Crystal Display (LCD) untuk proses pembelajaran. Fasilitas lainnya yaitu tersedianya sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di singapura yang memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya.
Faktor biaya juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena jika biaya sekolah murah, setiap orang di negara tersebut dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Di singapura, biaya pendidikan disesuaikan dengan kemampuan rakyat, ditambah lagi dengan beasiswa bagi rakyat yang kurang beruntung.
Faktor lain yang menyebabkan singapura menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN adalah faktor pendidik. Proses penyaringan untuk menjadi guru sangat ketat dan calon guru yang di terima disesuaikan dengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga semua calon guru tersebut pasti akan mendapatkan pekerjaan. Setelah teraudisi, para calon guru diberi pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudah mendapatkan pembekalan sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untuk guru-guru di singapura juga banyak. Hal itu menyebabkan kehidupan guru-guru terjamin kesejahteraannya.
4. ANGGARAN PENDIDIKAN DI SINGAPURA
Singapura mengeluarkan sekitar 25% dari anggaran pemerintahannya untuk mengelola sektor pendidikan di negara pulau yang luasnya hanya 692km2 itu. Sektor pendidikan mencapai 25% dari total pengeluaran pemerintah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 persen adalah untuk tingkat pendidikan tersier (setingkat perguruan tinggi). Selain itu, pemerintah Singapura juga menyediakan 75 persen dana subsidi operasional dan mendorong lebih banyak donasi atau bantuan dari sektor swasta untuk membantu institusi pendidikan. Sedangkan, agar pendidkan dapat mendorong inovasi yang berkelanjutan, Singapura menekankan pendekatan antara pemerintah dan kalangan pembisnis.
5. ANALISIS PENDIDIKAN DI SINGAPURA
          Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuan individual dan mengembangkan bakat. Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak berbeda jauh dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga menyelenggarakan Ujian Nasional atau yang sering disebut UN bagi semua siswa setiap akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Bedanya, UN di Singapura tidak menentukan kelulusan seseorang karena, menurut pemerintah Singapura, setiap orang punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.
6. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN PENDIDIKAN DI SINGAPURA
          Meskipun menjadi Negara dengan Sistem Pendidikan di ASEAN, Singapura juga memiliki keunggulan dan kekurangan, diantaranya :
    Dari sekolah Dasar hingga Universitas, siswa sudah dipantau dan diarahkan untuk mendapatkan pendidikan yang cocok untuknya atau sesuai dengan minat bakatnya.
    Singapura tidak menyamaratakan bahwa semua warga pasti mampu sekolah di Singapura relatif murah.
    Untuk keluarga yang tidak mampu, pemerintah menyediakan beasiswa jika perlu. Itu disediakan untuk memastikan bahwa kemiskinan bukan hambatan untuk mengenyam pendidikan.
    Mobil bukan persoalan bagi kebanyakan warga di Singapura, untuk kelancaran transportasi anak-anaknya tersedia berbagai mode transportasi, mulai dari MRT (Mass Rapid Transit), dipadu dengan rangkaian bus kota yang memiliki akses ke semua sekolah.
    Ruang kelas ditata secara bersih dan membuat murid/mahasiswa (i) bisa melihat guru atau dosen dan sebaliknya dosen atau guru bisa memantau semua anak didiknya.
    Akses internet hingga ke ruang-ruang kelas juga tersedia dan gratis hanya dengan mendaftar untuk mendapatkan ID dari sekolah dan U
    Lulusan Sekolah / Universitas Singapore diakui terbaik oleh Negara Timur maupun Barat.
    Semua bahan kuliah dapat diunduh dari internet dalam bentuk PDF. Siswa akan diberikan passworduntuk mata kuliah yang diambilnya.
    Ruang laboratorium dibuka 24 jam dengan fasilitas komputer yang bagus. Akses masuk dilakukan dengan kartu dan password.

Di Singapura sistem pendidikan secara umum berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan, dalam upaya memenuhi dunia kerja yang terampil dan berpendidikan. Selain itu juga berorientasi agar terdapat keseimbangan dari segi moral dan kultur dalam menghadapi perubahan dan kemajuan yang terjadi. Silabus pengajaran dasar dan menengah dikontrol secara nasional oleh Curriculum Planning & Development Division, Ministry of Education. Lembaga ini berwenang dalam menentukan tiga hal dasar yang menyangkut keterampilan berpikir, teknologi informasi, dan pendidikan nasional.
Hal yang masih sering dikeluhkan dalam sistem pendidikan di Singaura adalah kurangnya kebebasan berekspresi untuk mahasiswanya. Contohnya adalah, jika mahasiswa Indonesia terkenal suka menggelar demonstrasi dan bahkan sampai mampu menggulingkan sebuah rejim pemerintahan, mahasiswa Singapura cenderung apolitis. Mereka tidak terlibat dan tidak suka terlibat dalam urusan politik. Mereka lebih banyak fokus pada belajar di kelas. Hal ini bisa jadi beranjak dari sistem pemerintahan Singapura yang cenderung otoriter.
Di Singapura ada yang namanya Internal Security Act (ISA) atau Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang bisa menahan orang tanpa proses pengadilan. Keberadaan undang-undang ini menjadi salah satu penyebab mengapa aktivitas politik yang berseberangan dengan pemerintah cenderung sedikit atau bahkan jarang terjadi. Partai oposisi hanya memiliki kurang dari tiga kursi di parlemen. Belum lagi kondisi ekonomi negara yang sangat mapan menjadikan masyarakat Singapura, dan juga mahasiswanya cenderung merasa puas dengan pemerintahan sekarang.
Segi negatif dari hal di atas adalah berkurangnya sosialisasi dari para pelajar. Tidak ada lagi pelajar nongkrong-nongkrong seperti di Indonesia. Akibatnya interaksi sosial antar pelajar berkurang dan menjadikan para siswa singapura seperti robot yang hanya memikirkan pekerjaan pribadinya saja. Tidak ada lagi tenggang rasa antara sesama siswa. Hal yang terjadi adalah “belajar, pulang, dan lulus secepat mungkin dengan nilai bagus”. Hanya itu.
Kekurangan lainnya adalah Durasi waktu pendidikan yang ditempuh siswa relatif terlalu lama, seperti pada jenjang Kindergartens yang berdurasi selama 3 tahun.

Rangkuman
JENJANG PENDIDIKAN

 
Jenjang pendidikan formal di Singapura dimulai dari pendidikan setingkat SD yang disebut Primary School (6 tahun), kemudian setingkat SMP yang disebut Secondary School (4-5 tahun) dan setingkat SMA yang disebut Junior College (2 tahun).  Lulusan Primary akan menerima Primary School Leaving Certificate, lulusan Secondary akan menerima "O" Level Certificate dan lulusan Junior College akan memperoleh "A" level Certificate.
Sekolah-sekolah tersebut mayoritas adalah sekolah pemerintah, disebut Government School, yang menganut sistim pendidikan Inggris. Disamping itu terdapat juga sekolah-sekolah Internasional yang menganut sistim Internasional (IB) > Australia atau Amerika. Untuk masuk ke masing-masing sekolah tersebut harus melalui test masuk. Para siswa internasional  yang ingin masuk ke Government School harus mengikuti test yang disebut AEIS Test.
Bahasa utama di sekolah-sekolah Singapura adalah bahasa Inggris. Para siswa yang belum menguasai bahasa inggris dapat mengikuti penataran persiapan terlebih dahulu sebelum mengikuti test masuk.
PENDIDIKAN TINGGI
Pendidikan Tinggi di Singapura bisa berupa Polytechnic atau Universitas. Terdapat 5 Polytechnic dan 3 Universitas di Singapura yang semuanya berstatus negeri.
Perlu diketahui bahwa untuk dapat diterima di Universitas Singapura seperti National Univercity of Singapore tidaklah mudah, karena tempat yang sangat terbatas dan persyaratan masuk yang tinggi.

Oleh karena itu umumnya setelah menyelesaikan GCE "0" Level atau "A" Level para siswa asing di Singapura yang tidak berhasil masuk ke Universitas akan melanjutkan kuliahnya ke negara lain.
Lulusan "0" Level biasanya sudah dapat diterima di Foundation di Australia dan Inggris, dan di College & sebagian Universitas di Amerika.
Selain Pendidikan Tinggi negeri, terdapat beberapa Universitas asing yang membuka cabang di Singapura, serta banyak Lembaga Pendidikan Swasta yang menyelenggarakan program-program kembaran berafiliasi dengan Universitas-universitas asing dari Australia, Inggris dan Amerika.
Demikianlah sistem pendidikan yang ada di Singapura.

Inilah Sitem Kurikulum Pendidikan Di Negara Singapura

Posted at  5:58 PM  |  in  Kabarku  |  Read More»

Selamat pagi sahabat semuanya,,,Pada postingan kali ini mitazaedu.blogspot.com akan membahas tentang kurikulum pendidikan yang ada di negara Singapura. Kurikulum, banyak orang mengenal kosakata tersebut karena merupakan bagian dasar dari berbagai lembaga pendidikan. Kurikulum atau yang biasanya dikenal sebagai seperangkat mata pelajaran dari lembaga pendidikan yang diberikan kepada setiap pelajar dalam jenjang periode tertentu. Dalam pembahasan lebih lanjut akan dipaparkan mengenai kurikulum di Singapura, seperti apa saja pola penyusunan perangkat mata pelajaran dari lembaga pendidikan di Singapura. Kurun waktu yang ditentukan dalam satu kurikulum disesuaikan dengan visi serta misi yang hendak dicapai suatu oleh lembaga pendidikan. Kurikulum yang diciptakan ini diharapkan dapat mengarahkan pengajaran ke arah yang fokus terhadap tujuan pendidikan secara menyeluruh.
Kurikulum yang disediakan dalam berbagai lembaga pendidikan di Singapura terbagi menjadi beberapa cakupan secara luas, holistik dan bersifat global. Hal ini dapat dilihat dari yang paling sederhana yaitu kebijakan dwibahasa yang diterapkan oleh Singapura. Bahasa Inggris memang dijadikan sebagai bahasa kerja yang umum, namun setiap pelajar juga diwajibkan untuk menguasai bahasa ibu (atau bahasa daerah asal mereka, seperti Malay, Cina, atau Tamil). Kewajiban menguasai bahasa daerah asal mereka bertujuan agar setiap pelajar tidak kehilangan identitas diri mereka dan menjaga warisan budaya leluhur.
Setelah hal yang paling sederhana diterapkan oleh Singapura, selanjutnya beralih kepada tujuan dari kurikulum itu sendiri. Tujuannya adalah untuk menggali potensi yang dimiliki setiap pelajar secara maksimal, mengembangkan bakat dan talenta serta mengangkat semangat mereka dalam mempelajari nilai-nilai kehidupan lainnya. Berbagai pengajaran dan keterampilan diturunkan untuk memberikan pengalaman langsung bagi mereka, mulai dari pelajaran yang berbasis aksara seperti berhitung, ilmu pengetahuan umum, nilai estetika, nilai humaniora, pendidikan moral, hingga pendidikan fisik.
Jika ditelaah lebih lanjut dari beberapa kurikulum yang diterapkan oleh Singapura, maka sebenarnya pengajaran mereka tidak jauh berbeda dengan apa yang bisa kita temukan di sekolah-sekolah tinggi Indonesia. Namun apa yang menjadikan kurikulum di Singapura ini berbeda dengan kurikulum diIndonesiamungkin terletak pada strategi pengajaran serta pola penilaian yang ditetapkan oleh masing-masing Departemen Pendidikan.
Inilah Rinciannya :
1. SISTEM PENDIDIKAN DI SINGAPURA
Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak berbeda jauh dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga menyelenggarakan ujian nasional atau yang sering disebut UN bagi semua siswa setiap akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Bedanya, jenjang pendidikan di Singapura itu agak belibet.
Anak-anak di Singapura masuk ke dunia pendidikan formal mulai dari tingkat TK(Kindergarter School) lanjut ke SD (primary school) selama 6 tahun. Setelah itu mereka masuk SMP-SMA (secondary school) selama 5 tahun, lalu ke tingkat persiapan menuju kuliah (centralised institute atau junior colleges) 3 tahun, baru masuk universitas (university).
Akan tetapi, lama seseorang menyelesaikan pendidikan di setiap jenjang setelah SD itu berbeda- beda. Karena setiap anak dimasukkan ke kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing, ada 3 kelas di jenjang secondary school, antara lain Express, Normal Academic dan Normal Technical.
Kelas Express merupakan tempat UNTUK siswa pintar.Bagi anak-anak kelas Express, mereka bisa menyelesaikan secondary school selama 4 tahun. Ini juga kalau mereka lulus ”O” Level Test Singapura.
Kelas Normal Academic, sebelum mereka masuk ke kelas 5, pada tahun ke-4 harus mengerjakanujian nasional ”N” level tes agar bisa naik kelas. Setelah mereka melewati kelas 5, ada ujian nasional lagi yang namanya ”O” Level Test.
KelasNormal Technical, bisa disamakan dengan SMK. Jadi, setelah mereka lulus secondary school, mereka bisa melanjutkan ke Institute of Technical Education selama dua tahun, atau sekolah lanjutan untuk mereka yang mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Polytechnic (untuk mendapatkan diploma), langsung kerja.
Pelajaran yang mereka dapat juga tidak banyak berbeda di Indonesia, misalnya Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni, juga pelajaran yang namanya Mother Tongue Language atau pelajaran bahasa sesuai bahasa ”ibu” mereka. Misalnya, mereka yang orang Melayu akan mempelajari bahasa Malay, bagi mereka yang Chinese bisa belajar bahasa Mandarin, mereka yang berasal dari India akan mempelajari bahasa Tamil. Hampir semua mata pelajaran itu diujikan dalam ”O” Level Test atau UN versi Singapura.
Ujian Nasional versi Singapura
”O” Level Test, ini nama UN untuk secondary school. ”O” Level Test adalah kependekan dari Ordinary Level Test. Bedanya dengan UN kita, UN mereka tidak menentukan kelulusan seseorang karena, menurut Pemerintah Singapura, setiap orang punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.
Jadi, untuk pelajar yang sudah duduk di kelas 4 Express ataupun yang di kelas 5 Normal Academic sudah harus mengikuti ”O” Level Test untuk lulus dari secondary school. Dalam ”O” Level Test ada tujuh pelajaran yang harus diikuti : lima mata pelajaran pokok dan dua mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran pokok itu adalah English, Mother Tongue, Matematika, IPA (Biologi, Kimia, Fisika), IPS (Sejarah, Sosiologi, Geografi), serta dua mata pelajaran, pilihan dari Food and Nutrition, IT, dan Design and Technology. Semua pelajaran tersebut punya nilai minimum. Sedangkan mereka yang tidak bisa mendapatkan nilai minimum, tetap lulus. Tapi, di ijazah mereka akan ada nilai merah. Kalau mereka tidak mau di ijazahnya ada nilai merah, mereka boleh mengulang satu tahun di kelas yang sama.
Setelah Secondary School Masih ada satu lagi jenjang sebelum mereka masuk ke universitas, yaitu Centralised Institute atau Junior Colleges (tertiary education, persiapan menuju tingkat universitas). Tapi, untuk mereka yang punya nilai bagus (poin 1 sampai 14) bisa langsung ke Junior College yang lamanya dua tahun.
Kalau mereka tidak  mempunyai nilai dari poin yang disebutkan itu, mereka melanjutkan ke Centralised Institute yang waktunya lebih lama, yakni tiga tahun. Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanya ”A” Level Test atau Advanced Level Test. Tes yang diberikan tentu saja lebih susah, karena akan masuk ke Universitas. Tapi, dengan banyaknya tes yang dilewati, tentulah universitas di Singapura bisa mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas. Karena penyaringan mahasiswa secara tidak langsung dilakukan lewat sejumlah tes-tes tersebut. Soal-soal yang ada dalam setiap tes dibuat oleh Universitas Cambridge. Jadi, ijazah yang mereka dapatkan bertaraf internasional yang bisa digunakan untuk melanjutkan kuliah di mana saja, di seluruh dunia
2. STRATEGI PENDIDIKAN DI SINGAPURA
Singapura mengaku tidak memiliki formula spesifik yang dapat menciptakan sebuah kesuksesan bagi sektor pendidikan karena hal tersebut hanya dapat diraih berdasarkan berbagai upaya jangka panjang yang berkelanjutan.
Singapura memiliki tiga fase dalam mengembangkan strategi ipteknya, yaitu:
-  Fase transfer pengetahuan dari luar negeri (1970 hingga 1980-an)
-  Fase pembangunan landasan riset dan pengembangan (1990-an) antara lain dengan mendirikan Dewan Teknologi dan Sains Nasional pada 1991.
- Fase terakhir yang dimulai pada 2000 hingga kini adalah menciptakan pengetahuan baru bagi industri dengan cara memaksimalkan hubungan antara perguruan tinggi, institusi riset, dan industri.
Mantan Menteri Pendidikan mengatakan Singapura  juga memaparkan tentang tiga tahap dari pengembangan sektor pendidikan di negaranya.
- Tahap pertama pada 1959-1978 ditandai dengan menciptakan sistem pendidikan nasional yang seragam dan memprioritaskan pendidikan massal untuk semua warga. Keseragaman pendidikan dibutuhkan karena saat itu di Singapura terdapat empat jenis sekolah umum (sekolah Inggris, China, Melayu, dan Tamil) yang masing-masing menerapkan kurikulum dan etos pendidikan yang berbeda.
- Tahap kedua pada 1979-1966 didorong oleh efisiensi dengan mulai memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda, serta mengembangkan sektor politeknik dan universitas.
- Tahap ketiga pada 1997 hingga sekarang berfokus lebih banyak pada kualitas dibandingkan kuantitas dengan menerapkan kebijakan desentralisasi dan keragaman. Sekolah dapat membuat dan mengembangkan kurikulum sendiri, serta mereka memiliki fleksibilitas lebih dalam membuat kebijakan tentang kriteria penyeleksian siswa
3. SISTEM PENDIDIKAN SINGAPURA MENJADI SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI ASEAN
Kemajuan pendidikan di Singapura didukung oleh banyak faktor. Di antaranya yaitu adanya fasilitas yang memadai. Contohnya, setiap sekolah di Singapura memiliki web sekolah yang berguna untuk menghubungkan siswa, guru, dan orang tua. selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid Crystal Display (LCD) untuk proses pembelajaran. Fasilitas lainnya yaitu tersedianya sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di singapura yang memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya.
Faktor biaya juga sangat mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena jika biaya sekolah murah, setiap orang di negara tersebut dapat mengenyam pendidikan dengan mudah. Di singapura, biaya pendidikan disesuaikan dengan kemampuan rakyat, ditambah lagi dengan beasiswa bagi rakyat yang kurang beruntung.
Faktor lain yang menyebabkan singapura menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN adalah faktor pendidik. Proses penyaringan untuk menjadi guru sangat ketat dan calon guru yang di terima disesuaikan dengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga semua calon guru tersebut pasti akan mendapatkan pekerjaan. Setelah teraudisi, para calon guru diberi pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudah mendapatkan pembekalan sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untuk guru-guru di singapura juga banyak. Hal itu menyebabkan kehidupan guru-guru terjamin kesejahteraannya.
4. ANGGARAN PENDIDIKAN DI SINGAPURA
Singapura mengeluarkan sekitar 25% dari anggaran pemerintahannya untuk mengelola sektor pendidikan di negara pulau yang luasnya hanya 692km2 itu. Sektor pendidikan mencapai 25% dari total pengeluaran pemerintah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 persen adalah untuk tingkat pendidikan tersier (setingkat perguruan tinggi). Selain itu, pemerintah Singapura juga menyediakan 75 persen dana subsidi operasional dan mendorong lebih banyak donasi atau bantuan dari sektor swasta untuk membantu institusi pendidikan. Sedangkan, agar pendidkan dapat mendorong inovasi yang berkelanjutan, Singapura menekankan pendekatan antara pemerintah dan kalangan pembisnis.
5. ANALISIS PENDIDIKAN DI SINGAPURA
          Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuan individual dan mengembangkan bakat. Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak berbeda jauh dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Mereka juga menyelenggarakan Ujian Nasional atau yang sering disebut UN bagi semua siswa setiap akan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Bedanya, UN di Singapura tidak menentukan kelulusan seseorang karena, menurut pemerintah Singapura, setiap orang punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.
6. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN PENDIDIKAN DI SINGAPURA
          Meskipun menjadi Negara dengan Sistem Pendidikan di ASEAN, Singapura juga memiliki keunggulan dan kekurangan, diantaranya :
    Dari sekolah Dasar hingga Universitas, siswa sudah dipantau dan diarahkan untuk mendapatkan pendidikan yang cocok untuknya atau sesuai dengan minat bakatnya.
    Singapura tidak menyamaratakan bahwa semua warga pasti mampu sekolah di Singapura relatif murah.
    Untuk keluarga yang tidak mampu, pemerintah menyediakan beasiswa jika perlu. Itu disediakan untuk memastikan bahwa kemiskinan bukan hambatan untuk mengenyam pendidikan.
    Mobil bukan persoalan bagi kebanyakan warga di Singapura, untuk kelancaran transportasi anak-anaknya tersedia berbagai mode transportasi, mulai dari MRT (Mass Rapid Transit), dipadu dengan rangkaian bus kota yang memiliki akses ke semua sekolah.
    Ruang kelas ditata secara bersih dan membuat murid/mahasiswa (i) bisa melihat guru atau dosen dan sebaliknya dosen atau guru bisa memantau semua anak didiknya.
    Akses internet hingga ke ruang-ruang kelas juga tersedia dan gratis hanya dengan mendaftar untuk mendapatkan ID dari sekolah dan U
    Lulusan Sekolah / Universitas Singapore diakui terbaik oleh Negara Timur maupun Barat.
    Semua bahan kuliah dapat diunduh dari internet dalam bentuk PDF. Siswa akan diberikan passworduntuk mata kuliah yang diambilnya.
    Ruang laboratorium dibuka 24 jam dengan fasilitas komputer yang bagus. Akses masuk dilakukan dengan kartu dan password.

Di Singapura sistem pendidikan secara umum berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan, dalam upaya memenuhi dunia kerja yang terampil dan berpendidikan. Selain itu juga berorientasi agar terdapat keseimbangan dari segi moral dan kultur dalam menghadapi perubahan dan kemajuan yang terjadi. Silabus pengajaran dasar dan menengah dikontrol secara nasional oleh Curriculum Planning & Development Division, Ministry of Education. Lembaga ini berwenang dalam menentukan tiga hal dasar yang menyangkut keterampilan berpikir, teknologi informasi, dan pendidikan nasional.
Hal yang masih sering dikeluhkan dalam sistem pendidikan di Singaura adalah kurangnya kebebasan berekspresi untuk mahasiswanya. Contohnya adalah, jika mahasiswa Indonesia terkenal suka menggelar demonstrasi dan bahkan sampai mampu menggulingkan sebuah rejim pemerintahan, mahasiswa Singapura cenderung apolitis. Mereka tidak terlibat dan tidak suka terlibat dalam urusan politik. Mereka lebih banyak fokus pada belajar di kelas. Hal ini bisa jadi beranjak dari sistem pemerintahan Singapura yang cenderung otoriter.
Di Singapura ada yang namanya Internal Security Act (ISA) atau Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang bisa menahan orang tanpa proses pengadilan. Keberadaan undang-undang ini menjadi salah satu penyebab mengapa aktivitas politik yang berseberangan dengan pemerintah cenderung sedikit atau bahkan jarang terjadi. Partai oposisi hanya memiliki kurang dari tiga kursi di parlemen. Belum lagi kondisi ekonomi negara yang sangat mapan menjadikan masyarakat Singapura, dan juga mahasiswanya cenderung merasa puas dengan pemerintahan sekarang.
Segi negatif dari hal di atas adalah berkurangnya sosialisasi dari para pelajar. Tidak ada lagi pelajar nongkrong-nongkrong seperti di Indonesia. Akibatnya interaksi sosial antar pelajar berkurang dan menjadikan para siswa singapura seperti robot yang hanya memikirkan pekerjaan pribadinya saja. Tidak ada lagi tenggang rasa antara sesama siswa. Hal yang terjadi adalah “belajar, pulang, dan lulus secepat mungkin dengan nilai bagus”. Hanya itu.
Kekurangan lainnya adalah Durasi waktu pendidikan yang ditempuh siswa relatif terlalu lama, seperti pada jenjang Kindergartens yang berdurasi selama 3 tahun.

Rangkuman
JENJANG PENDIDIKAN

 
Jenjang pendidikan formal di Singapura dimulai dari pendidikan setingkat SD yang disebut Primary School (6 tahun), kemudian setingkat SMP yang disebut Secondary School (4-5 tahun) dan setingkat SMA yang disebut Junior College (2 tahun).  Lulusan Primary akan menerima Primary School Leaving Certificate, lulusan Secondary akan menerima "O" Level Certificate dan lulusan Junior College akan memperoleh "A" level Certificate.
Sekolah-sekolah tersebut mayoritas adalah sekolah pemerintah, disebut Government School, yang menganut sistim pendidikan Inggris. Disamping itu terdapat juga sekolah-sekolah Internasional yang menganut sistim Internasional (IB) > Australia atau Amerika. Untuk masuk ke masing-masing sekolah tersebut harus melalui test masuk. Para siswa internasional  yang ingin masuk ke Government School harus mengikuti test yang disebut AEIS Test.
Bahasa utama di sekolah-sekolah Singapura adalah bahasa Inggris. Para siswa yang belum menguasai bahasa inggris dapat mengikuti penataran persiapan terlebih dahulu sebelum mengikuti test masuk.
PENDIDIKAN TINGGI
Pendidikan Tinggi di Singapura bisa berupa Polytechnic atau Universitas. Terdapat 5 Polytechnic dan 3 Universitas di Singapura yang semuanya berstatus negeri.
Perlu diketahui bahwa untuk dapat diterima di Universitas Singapura seperti National Univercity of Singapore tidaklah mudah, karena tempat yang sangat terbatas dan persyaratan masuk yang tinggi.

Oleh karena itu umumnya setelah menyelesaikan GCE "0" Level atau "A" Level para siswa asing di Singapura yang tidak berhasil masuk ke Universitas akan melanjutkan kuliahnya ke negara lain.
Lulusan "0" Level biasanya sudah dapat diterima di Foundation di Australia dan Inggris, dan di College & sebagian Universitas di Amerika.
Selain Pendidikan Tinggi negeri, terdapat beberapa Universitas asing yang membuka cabang di Singapura, serta banyak Lembaga Pendidikan Swasta yang menyelenggarakan program-program kembaran berafiliasi dengan Universitas-universitas asing dari Australia, Inggris dan Amerika.
Demikianlah sistem pendidikan yang ada di Singapura.

0 comments:

Wednesday, August 23, 2017


Selamat pagi semuanya,,,
Pada kesempatan pagi hari ini, kami akan menampilkan sebuah artikel tentang media pemblejaran matematika berikut contohnya. Media dalam pembelajaran matematika ini sangatlah penting sekali karena, guru dituntut untuk kreatif dan inovativ dalam menampilkan metode dan alat peraga dalam proses pembelajaran. Dengan tujuan hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai tujuan.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Sebagai komunikan dalam proses belajar mengajar diatas adalah siswa, sedangkan sebagai komunikatornya menurut prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa itu sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar adalah :

a. Komunikasi searah, dalam hal ini komunikasi yang dimaksud hanya terjadi dari guru ke siswa.
b. Komunikasi dua arah, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan guru.
c. Komunikasi banyak arah, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru.
Dalam proses komunikasi guru dapat menyampaikan apa yang dimiliki kepada siswanya dengan tujuan agar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru dapat pula dimiliki siswanya. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar,  bahkan proses komunikasi itu dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, bahkan mungkin salah konsep. Kesalahan komunikasi bagi seorang guru dapat dirasakan oleh para siswanya sebagai penghambat proses belajarnya. Kesalahan komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:
1. Guru sebagai komunikator kurang mampu dalam cara menyampaikan pesan ;
2. Adannya perbedaan daya tengkap para siswa sebagai komunikan;
3. Adanya perbedaann ruang dan waktu antara guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan ;
4. Jumlah siswa sebagai komunikan sangat besar, sehingga sukar dijangkau secara perorangan oleh guru sebagai komunikator.
Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi maka harus digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi, diantaranya yang disebut dengan media. Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan disebut pula media pendidikan. Karena media sebagai unsur penunjang dalam proses komunikasi maka jenis, bentuk dan fungsi media itu sangat ditentukan oleh jenis, bentuk dan tujuan komunikasi itu sendiri.

1.    PENGERTIAN MEDIA

Menurut Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima. Menurut Mc Luhan, media adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bentuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. Sedangkan menurut menurut Blake dengan Horalsen, media adalah saluran dimana perantara ini merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan. Ada dua pendapat mengenai media pendidikan yang dapat diutarakan disini :
Pertama, Santoso S. Hamidjojo, adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu kegiatan belajar mengajar.

Kedua, menurut Briggs, media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video tape sajian slide tape dan sebagainya, serta suara guru dan perilaku non verbal.

Dari kedua batasan media pendidikan tersebut diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud media pendidikan adlah perangkat “software” dan “Hardware” yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Yang dimaksud dengan “hardware” pada definisi diatas  adalah peralatan seperti : overhead projektor, radio, recorder, televisi, video tape, slide dan projektor film. Sedangkan yang dimaksud “software” adalah informasi dan cerita yang terdapat pada “hardware” diatas. Media pembelajaran metematika yang lebih cenderung disebut alat peraga matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi GBPP bidang studi matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan kegiatan belajar mengajar.

2.    MENGAPA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBUTUHKAN MEDIA

1. Objek matematika itu abstrak sehingga memerlukan peragaan
Dengan alat pembelajaran matematika, materi matematika yang abstrak disajikan kedalam pendekatan yang lebih konkret, ada visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sementara menurut Murwani (1999), untuk membelajarkan matematika secara benar pada siswa mutlakharus menggunakan alat peraga untuk memudahkan siswa mengenal konsep konsep matematika.

2. Sifat materi matematika tidak mudah dipahami
Materi dari matematika bersifat abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa. Maka dari itu dengan alat pembelajaran matematika siswa diharuskan berpartisipasi lebih aktif, mereka tidak hanya melihat, mendengar, dan memperhatikan saja, tetapi mereka juga harus melakukan/latihan, sehingga pembelajaran minds on dan hands on bisa tercapai, konsep dibangun oleh siswa sendiri. Contohnya : dalam metode eliminasi, apabila disajikan dalam alat peraga maka tiap langkah yang harus dilakukan tidak dihapal oleh siswa tetapi dipahami, mereka membangun konsep sendiri dan mereka tahu alasan melakukan tiap langkah tersebut.

3. Hirarki matematika ketat dan kaku.
Dalam matematika terdapat materi prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke materi selanjutnya. Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau up down (Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya.  Hirarki matematika bersifat ketat dan kaku artinya dalam pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya lagi. Jadi diperlukan media agar dapat menuntun untuk terbiasa dalam belajar matematika yang tatanannya bersifat siatematis dan cenderung kaku.
4. Aplikasi matematika kurang nyata
Dapat dirasakan oleh siswa bahwa aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa hanya menganggap bahwa matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh karena itu diperlukan media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa juga dapat dengan mudah dalam mempelajari konsep-konsep dalam matematika.

5. Belajar matematika perlu fokus
Matematika memang tidah mudah dipahami, serta hirarkinya yang kaku sehingga membuat siswa menjadi kesulitan dalam mempelajari matematika. Maka dari itu siswa harus fokus ketika guru sedang menerangkan materi matematika, sedangkan kebanyakan guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya. Akibatnya siswa menjadi cepat lelah dan bosan dalam belajar matematika, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam pembelajaran matematika. Alat peraga dapat membatu guru untuk menyampaikan ide atau gagasannya dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih aktif dan tidak bosan.

6. Citra pembelajaran matematika kurang baik
Pandangan siswa saat ini terhadap matematika memang kurang baik, mereka berpandangan bahwa pembelajaran matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan banyak PR. Hal ini disebabkan karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi matematika yang bersifat kaku tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Pembelajaran matematika di sekolah sampai saat ini umumnya dimulai dari penyampaian definisi atau pengertian dari suatu objek secara intuitif, dilanjutkan dengan pengoperasian terhadap objek tersebut, serta diakhiri dengan pemberian contoh kemudian pemberian tugas atau PR yang banyak sebagai latihan. Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumus-rumus dan angka-angka, sehingga sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa sudah menyerah dan merasa tidak akan mampu menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu alat peraga dapat membantu guru untuk mengubah paradigma yang selama ini berkembang pada masyarakat pada umumnya dan siswa khususnya.

7. Kemampuan kognitif siswa masih konkret
Pada dasarnya kemampuan kognitif siswa itu konkret, sedangkan materi matematika itu bersifat abstrak. Hal ini akan menjadi hambatan bagi siswa dalam pembelajaran matematika. maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkret (Soedjadi, 1995:1) Suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap obyek konkret, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi dalam proses pembelajaran matematika, peranan media/alat peraga sangat penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip.

8. Motivasi belajar siswa tidak tinggi
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Atas dasar hal tersebut, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) hingga dewasa untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karenanya, mulai saat ini harus segera kita galakkan upaya bagaimana untuk memasyarakatkan matematika. Dalam arti bagaimana masyarakat itu mengetahui matematika secara utuh, sehingga tidak ada kepincangan informasi di masyarakat. Akar permasalahan yang menimbulkan matematika tidak memasyarakat, salah satunya disebabkan informasi yang diterima masyarakat bersifat parsial. Kepincangan informasi tersebut yang mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap matematika menimbulkan kesan negatif. Dengan demikian cara yang paling efektif menurut hemat penulis dalam rangka memasyarakatkan konsep matematika secara utuh adalah melalui siswa yang sedang belajar matematika di bangku sekolah. Lalu, pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seharusnya proses pendidikan atau pembelajaran matematika di sekolah itu diselenggarakan. Mungkinkah menghadirkan pendidikan matematika yang lebih manusiawi sehingga matematika tidak lagi dipandang sebagai momok yang menyeramkan?
Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika di sekolah yang lebih baik dan bermutu adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini, matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melulu teoretis dan hanya berisi rumus-rumus, soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan familier dengan matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.
Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan matematika di sekolah, pertama kali yang harus dilaksanakan adalah bagaimana menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian menguasai matematika secara sempurna. Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran matematika, misalnya sikap orang tua (atau masyarakat pada umumnya) terhadap matematika.
Untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, seringkali hal tersebut tidak dihadirkan dalam proses pembelajaran matematika. Akibatnya siswa mengenal matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka.
Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat matematika, bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika di kelas. Guru yang memandang matematika sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang memandang bahwa matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada aspek produk dalam pembelajaran matematika. (Marpaung, 1998).
Akhirnya, yang menjadi permasalahan psikologis adalah bahwa pendidikan matematika di negeri ini sudah terlanjur dan banyak “luka psikologis” yang diderita siswa berkaitan dengan pendidikan matematika. Untuk dapat menyembuhkan luka psikologis tersebut maka peran seorang guru sangat besar dalam hal ini, sehingga minat siswa terhadap matematika tumbuh subur kembali. Pendidikan matematika di sekolah hanya akan berlangsung dengan baik dan sampai pada tujuannya jika ada sinergi dari banyak pihak, seperti siswa, guru, orang tua, dan pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Antara saatu komponen dan komponen lain yang terlibat dalam pendidikan matematika diharapkan dapat saling menginspirasi agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih menyenangkan, lebih mengasyikkan, lebih dinamis, dan humanis. Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah ini, maka diharapkan matematika tidak lagi dipandang secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka dapat memandang matematika secara utuh yang pada akhirnya dapat memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Media pembelajaran matematika dapat mendorong keinginan siswa untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, sehingga memotivasi siswa dan partisipasi siswa dominan. Contoh : dengan menggunakan media flash sajian materi lebih menarik serta antusias siswa dalam belajar meningkat, rasa kantuk pun akan terkalahkan, karena gambar, suara dan video akan lebih menarik untuk mereka.
3. Tujuan, Fungsi, manfaat media pembelajaran
1. Tujuan
Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah (1) efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Fungsi
Dalam sistem pembelajaran modern, maka metode, prosedur dan teknik yang diterapkan dalam mengajar bidang studi mempunyai tujuan agar supaya proses pembelajaran efektif. Media di sini mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, karena media tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi media pembelajaran di sini akan penulis sitir dari pendapat para ahli atau hasil penelitian, yaitu antara lain:

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegunaan berbagai media pembelajaran oleh Edgar Dale, YD Finn dan F.Hoban dari Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa media audio visual aids (AVA) apabila dipergunakan secara baik dan benar akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut :
a. Dapat memberikan pemikiran yang abstrak maupun konkrit
b. Dapat memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain
c. Dapat memperoleh perbendaharaan siswa (tidak verbalistik)
d. Mempertinggi perhatian siswa
e. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya selt-activity.
f. Memberikan hasil belajar yang permanen
2. Menurut Derek Rowtree, media pembelajaran (media pembelajaran edukatif) mempunyai fungsi:
a. Membangkitkan motivasi belajar
b. Dapat mengulang apa yang telah dipelajari
c. Menyediakan stimulus belajar
d. Mengaktifkan respon peserta didik (siswa)
e. Menggalakan latihan yang serasi
f. Memberikan balikan dengan segera
3. Mc.Know mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai 4 (empat) fungsi yaitu:
a. Memberikan kejelasan (Clarification)
b. Memberikan rangsangan (Stimulation)
c. Memberikan motivasi belajar
d. Mengubah titik berat pendidikan formal yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa dibandingkan dengan penekanan pada instruksional akademis.
Disamping ketiga pendapat tersebut diatas, masih banyak pendapat lain misalnya bahwa, fungsi media dapat mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik (siswa) dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Disamping menambah pengalaman yang nyata tentang sesuatu yang nyata dan menambah variasi dalam menyajikan.
Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media pembelajaran pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatiannya. Media mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak dan memungkinkan untuk berbuat sesuatu. Selain itu media memberikan kepada siswa besar dibandingkan dengan cara tradisional, serta media lebih konkrit dan mudah untuk dipahami.
3. Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24). Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4)kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9-40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru
dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.

4. Kapan dan dimana media digunakan
Media dapat digunakan oleh siswa ketika dalam proses pembelajaran atau ketika siswa membutuhkan media untuk menghadapi atau membantu siswa dalam mengaplikasikan konsep matematika.
Berdasarkan kurikulum dikatakan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran matematika harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, memberikan alternatif penggunaan alat peraga atau media pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan, baik di :
• Sekolah
• Rumah
• Lingkungan sekitar

5. Jenis dan macam media
1. Manual
Adapun karakteristik media manual yaitu :
•   penyampaian pesan lewat simbol-simbol visual
•   bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
•   dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja
•   mengandung pesan yang bersifat interpretative
contoh dari media manual diantaranya:
•   Model bangun (d-r)
Penggunaan  media  pembelajaran  matematika  pada  pokok  bahasan
Model bangun dimensi ruang  yang  melalui  visualisasi  alat  peraga  berbasis  TIK dengan  menggunakan  Softwere  Power  Point  pada  kelas  eksperimen  dan OHP pada kelas kontrol.
• Alat ukur (meter)
Dengan media manual seperti penggaris dan busur derajat, siswa belajar untuk menggunakan alat ukur tersebut misal dalam menghitung panjang dan besar sudut dalam koordinat polar.
• Alat permainan
Permainan ini merupakan teknik yang dapat memotivasi para siswa, khususnya untuk materi yang berulang-ulang dan mebosankan. Permainan mungkin hanya melibatkan satu orang, atau sekelompok siswa. Permainan sering kali mensyarakan siswa untuk menggunakan keterampilan problem solving atau untuk mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi.
• Skema konsep
Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Sehingga dalam media pembelajaran matematika diperlukan skema konsep untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika.
• Peragaan rumus
Alat peraga juga dapat dipakai untuk memeragakan rumus yang ada dalam materi matematika. Sehingga dapat memudahkan siswa dalam menghafal, memahami dan mengaplikasikan rumus tersebut.
• Gambar-diagram
Penyajian gambar dan diagram pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika, misalkan diagram pada materi statistika, gambar pada materi bangun ruang.

2. Elektronik
Adapun karakteristik dari media elektronik (microsoft power point/macro media flash) diantaranya:
• Media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.
• Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia..
Contoh dari Media Elektronik yaitu :
• OHP
Media  pembelajaran  yang  digunakan  untuk    mengaktifkan siswa  adalah  melalui  media  OHP,  Overhead Projector (OHP), yang diterjemahkan projektor lintas kepala adalah projektor yang dipergunakan untuk memprojeksikan objek diam yang tembus cahaya (transparan). Projeksi diterima oleh layar atau alternatifnya, sebagai misal dinding. Objek yang dimaksud adalah filem transparansi (misal: polifinil asetat) yang diberi tulisan atau gambar, sehingga bila diprojeksikan, pada layar akan tergambar bayangan tulisan atau gambar yang ada pada filem transparansi. Sesekali objek dapat berupa benda yang tidak tembus cahaya, akan tetapi mempunyai bentuk tertentu yang bila diprojeksikan akan dapat memvisualisasikan suatu gagasan. Penggunaaan  media  pembelajaran  melalui visualisasi  alat  peraga  berbasis OHP  dalam  pembelajaran matematika  diharapkan  dapat  meningkatkan  prestasi  belajar  matematika siswa.
• Komputer
Dengan perkembangannya yang semakin canggih, maka sampai saat ini banyak dirasakan manfaatnya dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu manfaat komputer adalah dalam bidang pendidikan misalnya multimedia. Dimana dengan pemanfaatan multimedia, proses pembelajaran lebih bermakna, karena mampu menampilkan teks, warna, suara, video, gerak, gambar serta mampu menampilkan kepintaran yang dapat menyajikan proses interaktif. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga bermanfaat dalam pendidikan, salah satunya adalah pembelajaran berbantuan komputer, dalam penggunaannya menurut Sudjana dan Rivai (1989) terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan komputer, yaitu model latihan dan praktek (drill and practice), model tutorial (tutorials), model penemuan (problem solving), model simulasi (simulations) dan model permainan (game). Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.« Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “ medium “ yang berarti “ pengantar atau perantara “, dengan demikian dapat diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Kit Lay Bourne ( 1985 : 82 ) menyatakan bahwa “ penggunaan media tidak harus membawa bungkusan berita-berita semua, siswa cukup dapat mengawasi suatu berita.” Dari pendapat tersebut dapat dihubungkan bahwa penyampaian materi pelajaran dengan cara komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman oleh siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu banyak menerima sesuatu ilmu dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar peluang terjadinya verbalisme. Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan bagaimana dengan adanya media berbasis TIK tersebut, khususnya menggunakan presentasi power point dimana anak didik mempunyai keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi dan memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan kelak. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya,. Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan mamahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka. Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan bahwa media “ adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti film, buku dan kaset “. RE Clark ( 1996 : 62 ) mengungkapkan bahwa “ the of of media to encourage student to invest more afford in hearing has along history “. Dari pandangan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan. Menurut Soeparno ( 1987:8 ) menyebutkan ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar, yakni : 1. ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita pakai di dalam proses belajar mengajar, 2. ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tertentu 3. ada perbedaan karakteristik setiap media 4. ada perbedaan pemakai media tersebut 5. ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan. 6. Media pembelajaran berbasis Tek nologi Informasi dan Komunikasi dan Penggunaannya. Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media tidak mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas pemahaman siswa. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor. Arief S. Sadiman ( 1996 : 83 ) mengatakan bahwa : Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai ( media by utilization ) dan media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu. Dari pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD Proyektor meupakan media rancangan yang mana didalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras ( hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit computer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD Proyektor.
Menurut Ruseffendi, 1984 (dalam Didi, 1991) penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika banyak peranannya, baik sebagai alat hitung maupun sebagai alat penyampaian materi pelajaran. Sebagai alat hitung, komputer dapat melakukan perhitungan untuk mencari: logaritma, perbandingan trigonometri, operasi hitung, dan sebagainya. Sedangkan sebagai alat/media penyampaian materi pelajaran, komputer dapat diprogram untuk membantu siswa dalam belajar (pembelajaran individu). Dalam pembelajaran matematika, komputer banyak digunakan untuk menyampaikan materi yang memerlukan gerak (animasi), gambar, teks, dan warna. Semua fasilitas tersebut ada pada komputer, dan sernua fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memvisualisasikan konsep abstrak dalam matematika menjadi konkret
•  Power point
PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Dengan power point guru atau siswa dapat mempresentasikan materi matematika dengan tampilan yang lebih menarik, hal ini dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran.
• Internet
Salah  satu  media  pembelajaran  yang  bisa  digunakan  adalah internet, selain untuk browshing dan chating, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai media  pembelajaran  yang  efektif  dan  efisien.  Aplikasi  dalam  internet  yang digunakan  dalam  pengembangan  media  pembelajaran  salah satu contohnya adalah blog dan e-learning.

6.    Sajian Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika dapat disajikan secara Informatif dan Matematik. Untuk informatif bisa berupa :
1.      Peta konsep
Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep dalam matematika bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tentukan dahulu topiknya,
2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.

2.      Diagram data
Untuk tujuan informatif penyajian diagram data pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Misalnya pada materi statistik, diperlukan penyajian diagram tabel.

Sedangkan untuk sajian berupa matematik yaitu :
1.      Algoritma
Algoritma adalah kumpulan urutan perintah yang menentukan operasi-operasi tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun mengerjakan suatu tugas tertentu. Algoritma merupakan urutan langkah instruksi yang logis. Setiap langkah instruksi mengerjakan suatu tindakan aksi. Apabila suatu aksi dilaksanakan, maka operasi atau sejumlah operasi yang bersesuaian dengan aksi itu dikerjakan oleh pemroses. Bila data yang digunakan benar, maka algoritma akan selalu berhenti dengan memberikan hasil yang benar pula. Dalam media pembelajaran matematika, diperlukan algoritma agar langkah demi langkah terurut sehingga memudahkan siswa dalam memahami suatu materi atau konsep.
2.      Konstruksi konsep
Kesulitan dalam pembelajaran dapat disebabkan kurangnya pemahaman konsep dan kemampuan siswa yang masih kurang dalam memahami kalimat pada soal yang terlalu panjang. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut antara lain dengan mengkonstruksi konsep agar lebih dipahami siswa.

    3.      Geometrik
Sajian ini digunakan hanya pada materi-materi tertentu misalnya kesebangunan dalam segitiga. Perlu adanya sajian secara geometrik agar siswa dapat memvisualisasikan konsep tesebut, agar siswa tersebut menjadi lebih mudah memahaminya.
4.      LKS
Lembar kerja siswa (LKS) ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk menyelesaikan sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut.

7.    SYARAT MEDIA PEMBELAJARAN
•         Dapat meragakan konsep
Media yang baik adalah media yang mampu meragakan konsep yang abstrak ke konkret. Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa sehingga sesuai dengan konsep.
•         Dapat menjelaskan aturan
Media itu harus menjelaskan aturan-aturan dan cara pemakaian nya agar dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
•         Memudahkan pemahaman
Sebuah media harus mampu membantu siswa untuk memahami suatu materi matematika. Menurut E. T. Ruseffendi persyaratan media pembelajaran matematika, diantaranya adalah : dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman matematika).
•  Mudah-murah dibuat
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media diantaranya harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.
•  Mudah digunakan
Sebuah media haruslah mudah untuk digunakan dan tidak berbahaya. Hal ini agar siswa dapat menggunakan media tersebut sebagai mana fungsi dan tujuan dari media tersebut.
•  Fisibel
fisibel adalah terlaksana atau terwujud. Jadi media itu harus mampu mewujudkan atau mengaplikasikan tujuan dari media itu sendiri yakni sesuai dengan konsep pada suatu materi.
Contoh Media Pembelajaran Matematika
 "Super Diagram Venn"


SUPER DIAGRAM VENN
Diagram Venn merupakan bentuk lain dari penyajian suatu himpunan dengan cara menggunakan gambar. Adapun semua anggota dari himpunan semesta ditunjukkan dalam dua buah lingkaran beririsan pada suatu persegi panjang, simbol S untuk semesta disimpan di pojok kiri atas.
Demikian media yang kami buat ini dinamakan SUPER DIAGRAM VENN. Jadi SUPER DIAGRAM VENN merupakan bentuk media pembelajaran untuk menyajikan suatu himpunan dengan cara menggunakan gambar.

Gambar super diagram venn

Cara penggunaan SUPER DIAGRAM VENN :
1. Di dalam super diagram venn, ada 2 lingkaran dari himpunan A,  himpunan B, dan irisan dari himpunan A dan himpunan B. Selain itu juga dapat ditentukan gabungan dari kedua himpunan tersebut.
2. Pasang triplek-triplek kecil yang sudah disediakan pada paku yang dipasang pada triplek utama (sesuaikan dengan lingkaran masing-masing himpunannya).

      Skenario Pembelajaran
1. Siswa terlebih dahulu melihat contoh yang dipasang di media pembelajaran
2. Siswa diberikan soal himpunan, dimana penyajiannya dengan mencantumkan karakteristik dari himpunan tersebut (misal   ;  dengan A={himpunan pembentuk kata “INDONESIA”} dan B={himpunan pembentuk kata “KOREA”}. Nyatakan himpunan-himpunan berikut ke dalam diagram venn!)
3. Siswa diminta terlebih dahulu mendaftar anggota dari masing-masing himpunan
4. Siswa diminta memasangkan triplek-triplek kecil yang sudah disediakan, dimana pada triplek-triplek kecil tersebut ada anggota-anggota masing-masing himpunan
Silahkan Mencoba!

DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.com/topic.php?uid=366830970417&topic=15593
http://www.friend.freejoomlas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=29
http://managementpengetahuan.blogspot.com/2009/01/pengertian-concept-mapping.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2068223-pengertian-algoritma/
http://tartocute.blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html
http://disdikklungkung.net/content/view/73/46/
http://muhfida.com/model-model-belajar/
http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/media-pembelajaran-matematika.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19600501198
5032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._DEPAG.pdf
http://yuni-wijaya.blogspot.com/2010/05/penggunaan-media-dalam-pembelajaran.html
http://mediapembelajaranmatematika-ikipae.blogspot.co.id
Baca juga artikel yang berhubungan dengan media pembelajaran di bawah ini !!!.
Demikianlah artikel pada pagi ini tentang media pembelajaran matematika berikut contohnya. Semoga membantu menambah inspirasi Bapak, Ibu dan semuanya.
Salam dari Blog Edu

Meda Pembelajaran Matematika Berikut Contohnya

Posted at  4:42 PM  |  in  Pendidikan  |  Read More»


Selamat pagi semuanya,,,
Pada kesempatan pagi hari ini, kami akan menampilkan sebuah artikel tentang media pemblejaran matematika berikut contohnya. Media dalam pembelajaran matematika ini sangatlah penting sekali karena, guru dituntut untuk kreatif dan inovativ dalam menampilkan metode dan alat peraga dalam proses pembelajaran. Dengan tujuan hasil pembelajaran dapat tercapai sesuai tujuan.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Sebagai komunikan dalam proses belajar mengajar diatas adalah siswa, sedangkan sebagai komunikatornya menurut prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa itu sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar adalah :

a. Komunikasi searah, dalam hal ini komunikasi yang dimaksud hanya terjadi dari guru ke siswa.
b. Komunikasi dua arah, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan guru.
c. Komunikasi banyak arah, komunikasi terjadi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru.
Dalam proses komunikasi guru dapat menyampaikan apa yang dimiliki kepada siswanya dengan tujuan agar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru dapat pula dimiliki siswanya. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar,  bahkan proses komunikasi itu dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, bahkan mungkin salah konsep. Kesalahan komunikasi bagi seorang guru dapat dirasakan oleh para siswanya sebagai penghambat proses belajarnya. Kesalahan komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:
1. Guru sebagai komunikator kurang mampu dalam cara menyampaikan pesan ;
2. Adannya perbedaan daya tengkap para siswa sebagai komunikan;
3. Adanya perbedaann ruang dan waktu antara guru sebagai komunikator dengan siswa sebagai komunikan ;
4. Jumlah siswa sebagai komunikan sangat besar, sehingga sukar dijangkau secara perorangan oleh guru sebagai komunikator.
Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi maka harus digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi, diantaranya yang disebut dengan media. Dalam proses belajar mengajar, media yang digunakan disebut pula media pendidikan. Karena media sebagai unsur penunjang dalam proses komunikasi maka jenis, bentuk dan fungsi media itu sangat ditentukan oleh jenis, bentuk dan tujuan komunikasi itu sendiri.

1.    PENGERTIAN MEDIA

Menurut Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima. Menurut Mc Luhan, media adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bentuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada. Sedangkan menurut menurut Blake dengan Horalsen, media adalah saluran dimana perantara ini merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan. Ada dua pendapat mengenai media pendidikan yang dapat diutarakan disini :
Pertama, Santoso S. Hamidjojo, adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu kegiatan belajar mengajar.

Kedua, menurut Briggs, media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video tape sajian slide tape dan sebagainya, serta suara guru dan perilaku non verbal.

Dari kedua batasan media pendidikan tersebut diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud media pendidikan adlah perangkat “software” dan “Hardware” yang berfungsi sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Yang dimaksud dengan “hardware” pada definisi diatas  adalah peralatan seperti : overhead projektor, radio, recorder, televisi, video tape, slide dan projektor film. Sedangkan yang dimaksud “software” adalah informasi dan cerita yang terdapat pada “hardware” diatas. Media pembelajaran metematika yang lebih cenderung disebut alat peraga matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi GBPP bidang studi matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan kegiatan belajar mengajar.

2.    MENGAPA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBUTUHKAN MEDIA

1. Objek matematika itu abstrak sehingga memerlukan peragaan
Dengan alat pembelajaran matematika, materi matematika yang abstrak disajikan kedalam pendekatan yang lebih konkret, ada visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sementara menurut Murwani (1999), untuk membelajarkan matematika secara benar pada siswa mutlakharus menggunakan alat peraga untuk memudahkan siswa mengenal konsep konsep matematika.

2. Sifat materi matematika tidak mudah dipahami
Materi dari matematika bersifat abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa. Maka dari itu dengan alat pembelajaran matematika siswa diharuskan berpartisipasi lebih aktif, mereka tidak hanya melihat, mendengar, dan memperhatikan saja, tetapi mereka juga harus melakukan/latihan, sehingga pembelajaran minds on dan hands on bisa tercapai, konsep dibangun oleh siswa sendiri. Contohnya : dalam metode eliminasi, apabila disajikan dalam alat peraga maka tiap langkah yang harus dilakukan tidak dihapal oleh siswa tetapi dipahami, mereka membangun konsep sendiri dan mereka tahu alasan melakukan tiap langkah tersebut.

3. Hirarki matematika ketat dan kaku.
Dalam matematika terdapat materi prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke materi selanjutnya. Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau up down (Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya.  Hirarki matematika bersifat ketat dan kaku artinya dalam pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya lagi. Jadi diperlukan media agar dapat menuntun untuk terbiasa dalam belajar matematika yang tatanannya bersifat siatematis dan cenderung kaku.
4. Aplikasi matematika kurang nyata
Dapat dirasakan oleh siswa bahwa aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa hanya menganggap bahwa matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh karena itu diperlukan media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu siswa juga dapat dengan mudah dalam mempelajari konsep-konsep dalam matematika.

5. Belajar matematika perlu fokus
Matematika memang tidah mudah dipahami, serta hirarkinya yang kaku sehingga membuat siswa menjadi kesulitan dalam mempelajari matematika. Maka dari itu siswa harus fokus ketika guru sedang menerangkan materi matematika, sedangkan kebanyakan guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya. Akibatnya siswa menjadi cepat lelah dan bosan dalam belajar matematika, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam pembelajaran matematika. Alat peraga dapat membatu guru untuk menyampaikan ide atau gagasannya dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih aktif dan tidak bosan.

6. Citra pembelajaran matematika kurang baik
Pandangan siswa saat ini terhadap matematika memang kurang baik, mereka berpandangan bahwa pembelajaran matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan banyak PR. Hal ini disebabkan karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi matematika yang bersifat kaku tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Pembelajaran matematika di sekolah sampai saat ini umumnya dimulai dari penyampaian definisi atau pengertian dari suatu objek secara intuitif, dilanjutkan dengan pengoperasian terhadap objek tersebut, serta diakhiri dengan pemberian contoh kemudian pemberian tugas atau PR yang banyak sebagai latihan. Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumus-rumus dan angka-angka, sehingga sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa sudah menyerah dan merasa tidak akan mampu menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, hal ini mengakibatkan siswa menjadi tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu alat peraga dapat membantu guru untuk mengubah paradigma yang selama ini berkembang pada masyarakat pada umumnya dan siswa khususnya.

7. Kemampuan kognitif siswa masih konkret
Pada dasarnya kemampuan kognitif siswa itu konkret, sedangkan materi matematika itu bersifat abstrak. Hal ini akan menjadi hambatan bagi siswa dalam pembelajaran matematika. maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkret (Soedjadi, 1995:1) Suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap obyek konkret, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi dalam proses pembelajaran matematika, peranan media/alat peraga sangat penting untuk pemahaman suatu konsep atau prinsip.

8. Motivasi belajar siswa tidak tinggi
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Atas dasar hal tersebut, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) hingga dewasa untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karenanya, mulai saat ini harus segera kita galakkan upaya bagaimana untuk memasyarakatkan matematika. Dalam arti bagaimana masyarakat itu mengetahui matematika secara utuh, sehingga tidak ada kepincangan informasi di masyarakat. Akar permasalahan yang menimbulkan matematika tidak memasyarakat, salah satunya disebabkan informasi yang diterima masyarakat bersifat parsial. Kepincangan informasi tersebut yang mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap matematika menimbulkan kesan negatif. Dengan demikian cara yang paling efektif menurut hemat penulis dalam rangka memasyarakatkan konsep matematika secara utuh adalah melalui siswa yang sedang belajar matematika di bangku sekolah. Lalu, pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seharusnya proses pendidikan atau pembelajaran matematika di sekolah itu diselenggarakan. Mungkinkah menghadirkan pendidikan matematika yang lebih manusiawi sehingga matematika tidak lagi dipandang sebagai momok yang menyeramkan?
Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika di sekolah yang lebih baik dan bermutu adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini, matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melulu teoretis dan hanya berisi rumus-rumus, soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan familier dengan matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menghadirkan pembelajaran matematika yang humanis.
Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan matematika di sekolah, pertama kali yang harus dilaksanakan adalah bagaimana menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian menguasai matematika secara sempurna. Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran matematika, misalnya sikap orang tua (atau masyarakat pada umumnya) terhadap matematika.
Untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, seringkali hal tersebut tidak dihadirkan dalam proses pembelajaran matematika. Akibatnya siswa mengenal matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka.
Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat matematika, bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika di kelas. Guru yang memandang matematika sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang memandang bahwa matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada aspek produk dalam pembelajaran matematika. (Marpaung, 1998).
Akhirnya, yang menjadi permasalahan psikologis adalah bahwa pendidikan matematika di negeri ini sudah terlanjur dan banyak “luka psikologis” yang diderita siswa berkaitan dengan pendidikan matematika. Untuk dapat menyembuhkan luka psikologis tersebut maka peran seorang guru sangat besar dalam hal ini, sehingga minat siswa terhadap matematika tumbuh subur kembali. Pendidikan matematika di sekolah hanya akan berlangsung dengan baik dan sampai pada tujuannya jika ada sinergi dari banyak pihak, seperti siswa, guru, orang tua, dan pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Antara saatu komponen dan komponen lain yang terlibat dalam pendidikan matematika diharapkan dapat saling menginspirasi agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih menyenangkan, lebih mengasyikkan, lebih dinamis, dan humanis. Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah ini, maka diharapkan matematika tidak lagi dipandang secara parsial oleh siswa, guru, masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka dapat memandang matematika secara utuh yang pada akhirnya dapat memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia demi kemajuan sains dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Media pembelajaran matematika dapat mendorong keinginan siswa untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, sehingga memotivasi siswa dan partisipasi siswa dominan. Contoh : dengan menggunakan media flash sajian materi lebih menarik serta antusias siswa dalam belajar meningkat, rasa kantuk pun akan terkalahkan, karena gambar, suara dan video akan lebih menarik untuk mereka.
3. Tujuan, Fungsi, manfaat media pembelajaran
1. Tujuan
Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2) untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan media adalah (1) efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Fungsi
Dalam sistem pembelajaran modern, maka metode, prosedur dan teknik yang diterapkan dalam mengajar bidang studi mempunyai tujuan agar supaya proses pembelajaran efektif. Media di sini mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, karena media tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi media pembelajaran di sini akan penulis sitir dari pendapat para ahli atau hasil penelitian, yaitu antara lain:

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegunaan berbagai media pembelajaran oleh Edgar Dale, YD Finn dan F.Hoban dari Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa media audio visual aids (AVA) apabila dipergunakan secara baik dan benar akan memberikan sumbangan pendidikan sebagai berikut :
a. Dapat memberikan pemikiran yang abstrak maupun konkrit
b. Dapat memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain
c. Dapat memperoleh perbendaharaan siswa (tidak verbalistik)
d. Mempertinggi perhatian siswa
e. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya selt-activity.
f. Memberikan hasil belajar yang permanen
2. Menurut Derek Rowtree, media pembelajaran (media pembelajaran edukatif) mempunyai fungsi:
a. Membangkitkan motivasi belajar
b. Dapat mengulang apa yang telah dipelajari
c. Menyediakan stimulus belajar
d. Mengaktifkan respon peserta didik (siswa)
e. Menggalakan latihan yang serasi
f. Memberikan balikan dengan segera
3. Mc.Know mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai 4 (empat) fungsi yaitu:
a. Memberikan kejelasan (Clarification)
b. Memberikan rangsangan (Stimulation)
c. Memberikan motivasi belajar
d. Mengubah titik berat pendidikan formal yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa dibandingkan dengan penekanan pada instruksional akademis.
Disamping ketiga pendapat tersebut diatas, masih banyak pendapat lain misalnya bahwa, fungsi media dapat mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik (siswa) dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Disamping menambah pengalaman yang nyata tentang sesuatu yang nyata dan menambah variasi dalam menyajikan.
Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media pembelajaran pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatiannya. Media mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak dan memungkinkan untuk berbuat sesuatu. Selain itu media memberikan kepada siswa besar dibandingkan dengan cara tradisional, serta media lebih konkrit dan mudah untuk dipahami.
3. Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu (1) media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24). Sedangkan menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4)kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9-40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru
dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar. Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.

4. Kapan dan dimana media digunakan
Media dapat digunakan oleh siswa ketika dalam proses pembelajaran atau ketika siswa membutuhkan media untuk menghadapi atau membantu siswa dalam mengaplikasikan konsep matematika.
Berdasarkan kurikulum dikatakan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran matematika harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, memberikan alternatif penggunaan alat peraga atau media pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan, baik di :
• Sekolah
• Rumah
• Lingkungan sekitar

5. Jenis dan macam media
1. Manual
Adapun karakteristik media manual yaitu :
•   penyampaian pesan lewat simbol-simbol visual
•   bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
•   dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja dan pada tingkat usia berapa saja
•   mengandung pesan yang bersifat interpretative
contoh dari media manual diantaranya:
•   Model bangun (d-r)
Penggunaan  media  pembelajaran  matematika  pada  pokok  bahasan
Model bangun dimensi ruang  yang  melalui  visualisasi  alat  peraga  berbasis  TIK dengan  menggunakan  Softwere  Power  Point  pada  kelas  eksperimen  dan OHP pada kelas kontrol.
• Alat ukur (meter)
Dengan media manual seperti penggaris dan busur derajat, siswa belajar untuk menggunakan alat ukur tersebut misal dalam menghitung panjang dan besar sudut dalam koordinat polar.
• Alat permainan
Permainan ini merupakan teknik yang dapat memotivasi para siswa, khususnya untuk materi yang berulang-ulang dan mebosankan. Permainan mungkin hanya melibatkan satu orang, atau sekelompok siswa. Permainan sering kali mensyarakan siswa untuk menggunakan keterampilan problem solving atau untuk mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi.
• Skema konsep
Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Sehingga dalam media pembelajaran matematika diperlukan skema konsep untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika.
• Peragaan rumus
Alat peraga juga dapat dipakai untuk memeragakan rumus yang ada dalam materi matematika. Sehingga dapat memudahkan siswa dalam menghafal, memahami dan mengaplikasikan rumus tersebut.
• Gambar-diagram
Penyajian gambar dan diagram pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika, misalkan diagram pada materi statistika, gambar pada materi bangun ruang.

2. Elektronik
Adapun karakteristik dari media elektronik (microsoft power point/macro media flash) diantaranya:
• Media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.
• Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia..
Contoh dari Media Elektronik yaitu :
• OHP
Media  pembelajaran  yang  digunakan  untuk    mengaktifkan siswa  adalah  melalui  media  OHP,  Overhead Projector (OHP), yang diterjemahkan projektor lintas kepala adalah projektor yang dipergunakan untuk memprojeksikan objek diam yang tembus cahaya (transparan). Projeksi diterima oleh layar atau alternatifnya, sebagai misal dinding. Objek yang dimaksud adalah filem transparansi (misal: polifinil asetat) yang diberi tulisan atau gambar, sehingga bila diprojeksikan, pada layar akan tergambar bayangan tulisan atau gambar yang ada pada filem transparansi. Sesekali objek dapat berupa benda yang tidak tembus cahaya, akan tetapi mempunyai bentuk tertentu yang bila diprojeksikan akan dapat memvisualisasikan suatu gagasan. Penggunaaan  media  pembelajaran  melalui visualisasi  alat  peraga  berbasis OHP  dalam  pembelajaran matematika  diharapkan  dapat  meningkatkan  prestasi  belajar  matematika siswa.
• Komputer
Dengan perkembangannya yang semakin canggih, maka sampai saat ini banyak dirasakan manfaatnya dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu manfaat komputer adalah dalam bidang pendidikan misalnya multimedia. Dimana dengan pemanfaatan multimedia, proses pembelajaran lebih bermakna, karena mampu menampilkan teks, warna, suara, video, gerak, gambar serta mampu menampilkan kepintaran yang dapat menyajikan proses interaktif. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga bermanfaat dalam pendidikan, salah satunya adalah pembelajaran berbantuan komputer, dalam penggunaannya menurut Sudjana dan Rivai (1989) terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan komputer, yaitu model latihan dan praktek (drill and practice), model tutorial (tutorials), model penemuan (problem solving), model simulasi (simulations) dan model permainan (game). Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.« Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “ medium “ yang berarti “ pengantar atau perantara “, dengan demikian dapat diartikan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Kit Lay Bourne ( 1985 : 82 ) menyatakan bahwa “ penggunaan media tidak harus membawa bungkusan berita-berita semua, siswa cukup dapat mengawasi suatu berita.” Dari pendapat tersebut dapat dihubungkan bahwa penyampaian materi pelajaran dengan cara komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman oleh siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu banyak menerima sesuatu ilmu dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar peluang terjadinya verbalisme. Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan bagaimana dengan adanya media berbasis TIK tersebut, khususnya menggunakan presentasi power point dimana anak didik mempunyai keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi dan memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan kelak. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya,. Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan mamahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka. Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan bahwa media “ adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar seperti film, buku dan kaset “. RE Clark ( 1996 : 62 ) mengungkapkan bahwa “ the of of media to encourage student to invest more afford in hearing has along history “. Dari pandangan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan. Menurut Soeparno ( 1987:8 ) menyebutkan ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar, yakni : 1. ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita pakai di dalam proses belajar mengajar, 2. ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi tertentu 3. ada perbedaan karakteristik setiap media 4. ada perbedaan pemakai media tersebut 5. ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan. 6. Media pembelajaran berbasis Tek nologi Informasi dan Komunikasi dan Penggunaannya. Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media tidak mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas pemahaman siswa. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor. Arief S. Sadiman ( 1996 : 83 ) mengatakan bahwa : Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai ( media by utilization ) dan media rancangan yang perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu. Dari pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD Proyektor meupakan media rancangan yang mana didalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras ( hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit computer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD Proyektor.
Menurut Ruseffendi, 1984 (dalam Didi, 1991) penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika banyak peranannya, baik sebagai alat hitung maupun sebagai alat penyampaian materi pelajaran. Sebagai alat hitung, komputer dapat melakukan perhitungan untuk mencari: logaritma, perbandingan trigonometri, operasi hitung, dan sebagainya. Sedangkan sebagai alat/media penyampaian materi pelajaran, komputer dapat diprogram untuk membantu siswa dalam belajar (pembelajaran individu). Dalam pembelajaran matematika, komputer banyak digunakan untuk menyampaikan materi yang memerlukan gerak (animasi), gambar, teks, dan warna. Semua fasilitas tersebut ada pada komputer, dan sernua fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memvisualisasikan konsep abstrak dalam matematika menjadi konkret
•  Power point
PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Dengan power point guru atau siswa dapat mempresentasikan materi matematika dengan tampilan yang lebih menarik, hal ini dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran.
• Internet
Salah  satu  media  pembelajaran  yang  bisa  digunakan  adalah internet, selain untuk browshing dan chating, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai media  pembelajaran  yang  efektif  dan  efisien.  Aplikasi  dalam  internet  yang digunakan  dalam  pengembangan  media  pembelajaran  salah satu contohnya adalah blog dan e-learning.

6.    Sajian Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika dapat disajikan secara Informatif dan Matematik. Untuk informatif bisa berupa :
1.      Peta konsep
Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep dalam matematika bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tentukan dahulu topiknya,
2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.

2.      Diagram data
Untuk tujuan informatif penyajian diagram data pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan materi. Misalnya pada materi statistik, diperlukan penyajian diagram tabel.

Sedangkan untuk sajian berupa matematik yaitu :
1.      Algoritma
Algoritma adalah kumpulan urutan perintah yang menentukan operasi-operasi tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun mengerjakan suatu tugas tertentu. Algoritma merupakan urutan langkah instruksi yang logis. Setiap langkah instruksi mengerjakan suatu tindakan aksi. Apabila suatu aksi dilaksanakan, maka operasi atau sejumlah operasi yang bersesuaian dengan aksi itu dikerjakan oleh pemroses. Bila data yang digunakan benar, maka algoritma akan selalu berhenti dengan memberikan hasil yang benar pula. Dalam media pembelajaran matematika, diperlukan algoritma agar langkah demi langkah terurut sehingga memudahkan siswa dalam memahami suatu materi atau konsep.
2.      Konstruksi konsep
Kesulitan dalam pembelajaran dapat disebabkan kurangnya pemahaman konsep dan kemampuan siswa yang masih kurang dalam memahami kalimat pada soal yang terlalu panjang. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut antara lain dengan mengkonstruksi konsep agar lebih dipahami siswa.

    3.      Geometrik
Sajian ini digunakan hanya pada materi-materi tertentu misalnya kesebangunan dalam segitiga. Perlu adanya sajian secara geometrik agar siswa dapat memvisualisasikan konsep tesebut, agar siswa tersebut menjadi lebih mudah memahaminya.
4.      LKS
Lembar kerja siswa (LKS) ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk menyelesaikan sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut.

7.    SYARAT MEDIA PEMBELAJARAN
•         Dapat meragakan konsep
Media yang baik adalah media yang mampu meragakan konsep yang abstrak ke konkret. Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa sehingga sesuai dengan konsep.
•         Dapat menjelaskan aturan
Media itu harus menjelaskan aturan-aturan dan cara pemakaian nya agar dapat digunakan sebagaimana fungsinya.
•         Memudahkan pemahaman
Sebuah media harus mampu membantu siswa untuk memahami suatu materi matematika. Menurut E. T. Ruseffendi persyaratan media pembelajaran matematika, diantaranya adalah : dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman matematika).
•  Mudah-murah dibuat
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media diantaranya harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.
•  Mudah digunakan
Sebuah media haruslah mudah untuk digunakan dan tidak berbahaya. Hal ini agar siswa dapat menggunakan media tersebut sebagai mana fungsi dan tujuan dari media tersebut.
•  Fisibel
fisibel adalah terlaksana atau terwujud. Jadi media itu harus mampu mewujudkan atau mengaplikasikan tujuan dari media itu sendiri yakni sesuai dengan konsep pada suatu materi.
Contoh Media Pembelajaran Matematika
 "Super Diagram Venn"


SUPER DIAGRAM VENN
Diagram Venn merupakan bentuk lain dari penyajian suatu himpunan dengan cara menggunakan gambar. Adapun semua anggota dari himpunan semesta ditunjukkan dalam dua buah lingkaran beririsan pada suatu persegi panjang, simbol S untuk semesta disimpan di pojok kiri atas.
Demikian media yang kami buat ini dinamakan SUPER DIAGRAM VENN. Jadi SUPER DIAGRAM VENN merupakan bentuk media pembelajaran untuk menyajikan suatu himpunan dengan cara menggunakan gambar.

Gambar super diagram venn

Cara penggunaan SUPER DIAGRAM VENN :
1. Di dalam super diagram venn, ada 2 lingkaran dari himpunan A,  himpunan B, dan irisan dari himpunan A dan himpunan B. Selain itu juga dapat ditentukan gabungan dari kedua himpunan tersebut.
2. Pasang triplek-triplek kecil yang sudah disediakan pada paku yang dipasang pada triplek utama (sesuaikan dengan lingkaran masing-masing himpunannya).

      Skenario Pembelajaran
1. Siswa terlebih dahulu melihat contoh yang dipasang di media pembelajaran
2. Siswa diberikan soal himpunan, dimana penyajiannya dengan mencantumkan karakteristik dari himpunan tersebut (misal   ;  dengan A={himpunan pembentuk kata “INDONESIA”} dan B={himpunan pembentuk kata “KOREA”}. Nyatakan himpunan-himpunan berikut ke dalam diagram venn!)
3. Siswa diminta terlebih dahulu mendaftar anggota dari masing-masing himpunan
4. Siswa diminta memasangkan triplek-triplek kecil yang sudah disediakan, dimana pada triplek-triplek kecil tersebut ada anggota-anggota masing-masing himpunan
Silahkan Mencoba!

DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.com/topic.php?uid=366830970417&topic=15593
http://www.friend.freejoomlas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=29
http://managementpengetahuan.blogspot.com/2009/01/pengertian-concept-mapping.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2068223-pengertian-algoritma/
http://tartocute.blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html
http://disdikklungkung.net/content/view/73/46/
http://muhfida.com/model-model-belajar/
http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/media-pembelajaran-matematika.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19600501198
5032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._DEPAG.pdf
http://yuni-wijaya.blogspot.com/2010/05/penggunaan-media-dalam-pembelajaran.html
http://mediapembelajaranmatematika-ikipae.blogspot.co.id
Baca juga artikel yang berhubungan dengan media pembelajaran di bawah ini !!!.
Demikianlah artikel pada pagi ini tentang media pembelajaran matematika berikut contohnya. Semoga membantu menambah inspirasi Bapak, Ibu dan semuanya.
Salam dari Blog Edu

0 comments:

?max-results="+numposts1+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=onepostwidget\"><\/script>");
About-Privacy Policy-Contact us
Copyright © 2013 MITAZAEDU. Blogger Template by Bloggertheme9
Proudly Powered by Blogger.
back to top